Chapter 10

46.5K 3K 24
                                    

Habis baca wajib/kudu Vote sama Comment ya😉

🍃🍃🍃

"Eungh..." lenguhku setelah tersadar dari pingsanku.

Pertama kali yang aku lihat setelah tersadar dari pingsanku adalah melihat Dini tengah duduk dipinggiran kasur yang tengah aku tiduri, dengan tatapan mata dingin dan menusuk padaku.

"Aku kenapa Din...?" Tanyaku pada Dini sambil berusaha untuk duduk.

Aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk duduk dari tidurku karena rasa pusing yang kembali menyerang kepalaku, tapi entah kenapa Dini sama sekali tidak membantuku.

"Din... kenapa loe diam aja...?" Tanyaku pada Dini setelah aku berhasil duduk dan bersandar dikepala ranjang yang ada diruang Unit Kesehatan Kampusku.

Dini berdiri dari duduknya. "Seharusnya gue yang nanya... loe kenapa...? Kenapa loe bisa hamil Zulfa...?" Tanya Dini ketus padaku.

Aku diam karena rasa keterkejutku dengan ucapan Dini, kenapa dia bisa tahu tentang kehamilanku..?

"Kenapa kamu diam...? Kamu mau tahu kenapa aku bisa tahu...? Tadi dokter yang memeriksa kamu yang bilang..." ucapnya seolah tahu isi fikiranku.

Aku diam tak menjawab pertanyaan Dini, 'Ya Allah apa yang harus aku katakan pada Dini... Dini gak tahu soal pernikahanku dengan Mas Azzam...' batinku.

"Ya Allah Zulfa selama ini aku kagum padamu karena ilmu agama yang ada pada dirimu sangat kuat, tapi sekarang apa yang terjadi...? kamu hamil tanpa seorang suami...?" Ucap Dini sambil terisak menangis dan marah padaku.

Aku ikut meneteskan air mata melihat Dini yang menangis karenaku. "Din aku... ak.. aku bisa jelasin semuanya Din... ini.. in ini gak seperti apa yang kamu fikirkan Dini kamu salah paham Din.."

"Cukup Zulfa... aku sangat kecewa padamu, kamu sahabatku, aku fikir kamu adalah perempuan baik-baik meski kamu jauh dari keluargamu kamu masih bisa menjaga dirimu sendiri Zulfa... tapi sekarang aku tahu kalau kamu tak lebih dari seorang j*lang yang menjual tubuhnya pada om-om... aku menyesal karena aku sempat memperkenlakan kamu pada kakakku Fattan..." ucap Dini dengan berapi-api karena marah. Aku terkejut dengan ucapan Dini yang menyebutku seorang j*lang yang menjual tubuhku pada om-om, segitu hina kah aku dimata Dini sekarang...?

"Tidak Dini aku gak seperti yang kamu ucapkan Din... ak.. aku aku sudah me-"

Ucapanku terhenti karena Dini memotongnya. "Aku menyesal karena aku fikir kamu perempuan baik-baik dan karena itulah aku ingin kau jadi kakak iparku dengan kamu menikahi kakakku Fattan tapi... hiks Ya Allah Zulfa aku sangat KECEWA PADAMU... kamu menghancurkan harapanku Zulfa, harapan kak Fattan, kak Fattan mencintaimu Zulfa dia sangat mencintaimu dan jika tak ada aral melintang setelah dia pulang dari Kairo dia akan melamarmu menjadi istrinya Zulfa.... hiks" ucap Zulfa panjang lebar.

Aku hanya bisa menangis mendengar semua ucapan yang dikatakan Dini padaku. 'Ya Allah kak Fattan mencintaiku dan akan melamarku...? Melamar perempuan sepertiku...?' Batinku tak menyangka.

"Maaf..." ucapku lirih dengan berurai air mata.

"Kamu gak perlu minta maaf padaku Zulfa... mungkin ini cara Allah memberi tahukan padaku kalau kamu bukan permpuan yang baik dan pantas untuk mendapatkan kak Fattan..." jawab Dini ketus. "Aku ke kelas duluan... kalau ada apa-apa atau perlu apa-apa kamu panggil petugas kesehatan aja atau kamu telpon aku aja... Assalamualaikum" lanjut Dini lalu pergi dari hadapanku tanpa mau melihatku lagi.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang