Chapter 31 (Azzam Pov)

42.4K 2.9K 213
                                    

Seperti biasa kalau abis baca wajib atau kudu Vote sama Comment ya😉

🐳🐳🐳


"Bohong!" pekik Ibu, setelah mendengar semua penjelasan dariku dan Teguh serta memberikannya bukti-bukti dari Rumah Sakit. Sebuah dokumen yang mengatakan kalau sebenarnya Zulfalah yang mendonorkan tulang sumsumnya dan bukan Hulya.

"Apa yang kalian katakan, itu BOHONG." ucapnya lagi sembari berdiri dengan mata merah menandakan jika Ibu sangat marah dan juga syok.

"Hulya itu anakku dan dialah yang mendonorkan tulang sumsumnya buatku bukan Zulfa, anak perempuan jalang yang tak tahu diri itu." ucapnya lagi, menghardik Zulfa.

Mendengar kata-kata Ibu yang mengatakan jika Zulfa adalah anak perempuan jalang yang tak tahu diri, membuat darahku serasa mendidih dan emosiku memuncak secara tiba-tiba.

Brak.

Tanpa sadar aku menggebrak meja yang ada didepanku lalu aku berdiri, tidak terima dengan kata-katanya. "Sudah saya katakan, kalau anak kandung anda yang sebenarnya adalah Zulfa bukan Hulya. Jadi Zulfa bukan anak dari seorang jalang yang anda katakan tadi, dia DARAH DAGING anda sendiri, anak yang selama 9 bulan anda kandung dan anda lahirkan dengan penuh perjuangan. Lalu kenapa anda dengan teganya mengatakan kalau dia adalah anak dari seorang perempuan jalang? Haah, apakah jalang itu anda? Karena dia lahir dari rahim anda sendiri."

Mendengar perkataanku, Ibu diam. Ia kembali duduk menundukan kepalanya dan menutup matanya menggunakan kedua leangannya.

Teguh mengusap-ngusap punggungku berniat untuk menenangkanku. "Tahan emosimu Zamm."

Aku menengokkan kepalaku menghadap Teguh lalu mengangguk. Aku memejamkan kedua mataku mencoba meredam emosi yang ada dalam diriku. Setelah merasa tenang, aku berjalan kearah Ibu, berjongkok didepannya lalu mengambil satu leangan Ibu mertuaku itu dan mencium punggung tangannya.

"Maafin Azzam Bu, Azzam sudah tidak sopan berbicara seperti itu dengab kasar pada Ibu. Azzam melakukan semua ini karena Azzam sudah tidak tahu lagi apa yang harus Azzam lakukan untuk membangunkan Zulfa dari tidur panjangnya." ucapku.

Mendengar perkatanku Ibu mengangkat kepalanya menatapku. "Tidur panjang? Maksud kamu?" tanyanya bingung.

Sebenarnya aku dan Teguh belum sedikitpun menceritakan kalau Zulfa terkena penyakit kanker dan kini ia koma setelah berjuang melahirkan putri kami.

"Zulfa... Zulfa." ucapku tiba-tiba tergagap. "Zulfa Koma Bu."

Ibu diam dengan pandangan mata lurus tertuju padaku, tatapan matanya kosong, ia seperti merasakan sesuatu dari hatinya. Dan aku berdoa semoga ikatan batin antara anak dan Ibu kini telah hadir dan menyadarkan Ibu kalau Zulfa adalah anaknya.

"Ap-apa yang terjadia dengan Zulfa?" tanyanya dengan dengan berurai air mata.

"Zulfa ada diposisi yang sama seperti Ibu dulu sebelum Ibu mendapatkan pendonor tulang sumsum." ucapku sedikit memberi kode.

"Apa maksud kamu Azzam? Zul-- maksudmu Zulfa terkena penyakit kaker?" tanyanya.

Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan. "Dan sekarang Zulfa butuh Ibu, dia ingin mendengar suara Ibu, seseorang yang sangat ia sayangi selama hidupnya, seseorang yang sangat ia rindukan kasih sayangnya Bu."

Ibu diam dan hanya menangis, ia tampak terpukul dengan kenyataan ini.

"Kenapa kamu tega melakukan semua ini Hasan, hiks kamu menukar anakku, kamu memang bajingan, kamu membiarkan darah dagingku menderita ditanganku sendiri. Kamu bajingan Hasan, dan malah membiarkan anak dari perempuan jalang itu yang aku sayangi, kamu bajingan Hasan, haaaaahhh." ucap Ibu prustasi.

Tangisan Hujanku Where stories live. Discover now