Chapter 25

44.3K 2.6K 45
                                    

Seperti biasa kalau habis baca wajib/kudu Vote sama Coment nya ya😉

💐💐💐

Satu minggu sudah Zulfa pergi tanpa pamit pada Azzam, dan selama itu pula Azzam belum menemukan Zulfa sama sekali. Setiap hari Azzam selalu datang ke kampus Zulfa mencari Zulfa siapa tahu Zulfa ke kampus tapi setiap hari pula Azzam selalu menelan pil pahit karena ia sama sekali tidak menemukan Zulfa disana.

Azzam juga seminggu ini selalu datang ke makam Hulya, ia kesana berharap Zulfa juga akan datang karena yang ia tahu Zulfa selama ini selalu menyempatkan waktu untuk berjiarah ke makam kakaknya tersebut, tapi lagi-lagi pil pahit yang harus diterima Azzam karena disana pun Azzam sama sekali tidak menemukan Zulfa.

Saat ini Azzam tengah terkulai lemas ditempat tidurnya, yah Azzam sakit karena selama seminggu ini ia makan tidak teratur karena selalu mencari Zulfa kesana kemari. Bahkan tak jarang Azzam tidak makan sama sekali dalam sehari yang ada dalam benaknya hanya satu bagaimana keadaan Zulfa sekarang apakah dia baik-baik saja, dan apakah Zulfa sudah makan.

Wajah tampan Azzam kini banyak ditumbuhi bulu-bulu halus sehingga kini wajahnya lebih terkesan dewasa dan aura dinginnya pun kini makin terpancar jelas, kantung mata dan lingkaran hitam juga kini menghiasai wajahnya.

Cklek.

Pintu kamar Azzam terbuka dan nampaklah wajah kahawatir Nina dari sana.

"Mah... mamah bawa Zulfa kan...?" Tanya Azzam dengan wajah binar bahagia dan bangun dari tidurnya.

Sementara Nina hanya diam sambil duduk dipinggirran tempat tidur Azzam dengan memasang wajah senduny. Ia tak menyangka kepergian Zulfa akan membuat anaknya menjadi setengah waras seperti ini.

"Mah... ko diam saja Zulfa dimana Mah...?" Tanya Azzam lagi.

Satu tetes air mata berhasil lolos dari mata Nina, tangan Nina terulur mengusap sayang wajah Azzam.

"Nak... lebih baik kamu lapor polisi saja..." ucap Nina.

Jawaban Nina itulah kini wajah Azzam kembalu murung, Azzam menunduk lalu kembali membaringkan tubuhnya tapi kini memunggungi Nina. Air mata Azzam tak kuasa lagi ia bendung, Azzam menangis karena rasa cemas dan takut terjadi sesuatu pada istrinya tersebut mengingat kondisi Zulfa kini tengah tidak baik-baik saja dan diluar dari itu rasa rindunya yang besarlah yang lebih mendominasi.

Tangan Nina kini mengelus punggung Azzam. "Kamu makan ya Nak... jangan siksa dirimu sendiri, kamu juga harus jaga kesehatan untuk mencari Zulfa..." nasihat Nina.

Azzam memejamkan matanya ia tampak berfikir keras akan sesuatu dan mengabaikan perkataan Ibunya tersebut.

Azzam kembali membuka matanya lalu ia duduk dari tidurnya, dan perlahan Azzam turun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.

"Azzam... kamu mau kemana...?" Tanya Nina namun tidak mendapat jawaban dari Azzam.

Azzam kembali keluar dari kamar mandinya, lalu ia berjalan menuju lemari pakaiannya. Setelah Azzam mengganti bajunya ia segera keluar dari kamarnya tapi sebelum itu ia sempat mengambil kunci mobil dan ponselnya.

"Azzam kamu mau kemana... jawab Mamah...?" Ucap Nina sedikit membentak Azzam karena Azzam sedari tadi tak menjawab ucapannya.

Azzam berhenti dari langkah kakinya yang gontai. "Azzam mau cari istri Azzam Mah..." ucap Azzam dan setelah itu ia kembali melanjutkan langkah kakinya.

Tangisan Hujanku Where stories live. Discover now