Chapter 35.

30K 2K 21
                                    

Bismillah sebelum baca jangan lupa Vomentnya ya.

❤❤❤




Satu tahun berlalu.


"Maira bagaimana keadaannya? udah baikan?" tanya Azzam pada Zulfa sembari ia memberikan tas kerjanya.

Zulfa tersenyum menanggapi pertanyaan suaminya yang tengah menghawatirkan putri pertama merka. "Allhmdulilah Mas, sekarang Maira sudah sedikit membaik"

"Allhamdullah" jawabnya. "Sekarang Maira ada dimana sayang?" lanjut Azzam bertanya.

"Ada dikamar Mas dia lagi tidur, dari tadi Isya loh Maira gak mau tidur gara-gara nunggu Mas yang pulangnya selalu larut malam" ucap Zulfa merajuk pada Azzam membuat Azzam terkekeh lalu.

Cup.

Satu ciuman manis mendarat di bibir ranum Zulfa. "Kalau Maira masih bangun kita gak bisa kaya gini sayang. tahu kan kalau anak kita yang pintar itu sangat dekat dengan Bundanya sampe-sampe mau buat ade untuk dia sendiripun susahnya minta ampun, Mas merasa tersiksa" ucap Azzam membuat Zulfa terkekeh geli.

"Haha" tawa Zulfa, tawa yang selama satu tahun ini berusaha selalu Azzam ciptakan meskipun hanya dari hal-hal terkecil seperti saat ini.

Tawa Zulfa tiba-tiba terhenti saat ia mengingat sesuatu. "Mas?" tanya Zulfa.

"Ya sayang?"

Zulfa menelan ludahnya yang tiba-tiba terasa menghalangi tenggorokannya. "Kita, tidak hanya akan punya Maira saja kan Mas, mmmmm maksud Zulfa kita tidak hanya akan punya anak satu saja kan Mas? Zulfa boleh mengandung lagi kan Mas?" tanya Zulfa panjang lebar tapi uapan Zulfa ini mampu membungkam mulut Azzam yang saat ini tiba-tiba terdiam ketika mendengar pertanyaan yang Zulfa ajukan padanya.

Azzam ingat dan takan pernah ia lupakan saat dulu bagimana tersiksanya Zulfa ketika ia mengandung Maira karena harus menahan rasa sakit. Meskipun dulu Zulfa selalu brusaha untuk menutupi setiap rasa sakit yang ia derita, tapi entah rasanya Azzam merasakan juga setiap rasa sakit yang datang pada diri Zulfa. Ia takan pernah lupa saat ia hampir kehilangan istrinya saat Zulfa melahirkan Maira, dan saat Zulfa berjuang keluar dari penyakit yang ia derita, entah apakah Azzam kini menderita trauma atau ia terlalu takut kehilangan wanita kedua setelah ibunya yang paling ia sayangi ini.

"Gak!" jawab tegas Azzam.

"Tadi Mas cuma salah bicara" lanjut Azzam dan itu sangat sukses membuat air mata Zulfa keluar tanpa Zulfa sadari.

"Tapi kenapa Mas?" tanya lirih Zulfa. "Zulfa kan udah sembuh, terus nanti kasian kan kalau Maira cuma sendiri gak punya adik. Mas tahu kan cita-cita Zulfa itu loh yang selalu Zulfa ceritakan belakangan ini, Zulfa mau punya anak dua terus pasangan, perempuan dan laki-laki dengan jarak usia anak cuma satu tahun biar ntar kalau mereka udah sekolah jaraknya nggak pada jauh Mas" ucap manja Zulfa pada Azzam sembari jari-jari jemari lentiknya memainkan dasi hitam yang Azzam kenakan.

Yah, memang belakangan ini hampir setiap malam sebelum tidur Zulfa selalu menceritakan tentang cita-cita nya tersebut, cita-cita yang tidak akan pernah Azzam kabulkan sampai kapanpun, karena ia terlalu takut kehilangan istri tercintanya. Sudah cukup dulu ia merasa gila karena harus menghadapi Zulfa yang mengalami koma setelah melahirkan dan melawan penyakit yang ia derita. Sudah cukup dulu Maira jauh dari Bundanya, tidak untuk sekarang atau pun untuk kedepannya nanti. Silahkan cap Azzam dengan sebutan egois ia akan terima asal satu jangan paksakan ia harus menuruti keinginan Zulfa untuk yang satu ini.  

Tangan Azzam terulur menghapus air mata Zulfa. "Sekali Mas bilang tidak ya tidak sayang, kamu tahu kan kalau Mas paling gak suka dibantah?" ucapnya.

setelah menghapus air mata Zulfa, Azzam dengan segera pergi meninggalkan Zulfa yang kini tengah berdiri termenung memikirkan apa yang sebenarnya ada didalam pikiran suaminya, apakah ia tidak ingin lagi mempunyai keturunan darinya.

Tangisan Hujanku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang