3. Galau

6.6K 1K 87
                                    

Abang galau balik lagi dooong 😊😊😊

Malam itu Theodorean Veince Rumpoy sedang melenggang di koridor perantara yang menghubungkan bagian perawatan relaksasi dan terapi di Hoocare, pusat kebugaran eklusif yang terafiliasi dengan jaringan bisnis kesehatan milik keluarganya, saat tanpa sengaja sang pewaris tunggal bisnis kesehatan ternama itu melihat sosok yang dikenalnya terlihat tengah meninjui samsak yang ditaruh di tengah-tengah sasana latih muay thai.

Selain dari tinggi tubuh di atas rata-rata, juga dari model rambutnya yang dibiarkan memanjang melewati tengkuk, lelaki itu juga mudah dikenali berkat balutan pakaian serba hitam yang selalu dikenakannya.

Chakra Devandra Valenberg tidak termasuk dalam jenis pria stylist atau metroseksual jika dibandingkan teman-temannya yang lain, akan tetapi gaya dan pembawaannya yang kasual dan jantan membuatnya terlihat menonjol jika kebetulan semua member Playboy Monarki—sebutan untuk pertemanan eklusif dua belas pria dari beragam profesi berbeda yang kebetulan memiliki kesamaan dalam hal pesona tingkat tinggi yang mampu memikat hati wanita—sedang berkumpul.

Theo mengernyit sekilas, ini bukan kali pertama dirinya memergoki Chakra berlatih sendirian di sasana dalam sebulan ini.

Seakan tidak terusik akan kehadiran orang lain, Chakra tetap penuh kosentrasi saat meninju dan menendangi samsak.

“Men, serius! sebelum kamu selesai latihan malam ini, samsak itu bakalan hancur,” tegur Theo seraya berdiri menyandar di sisi pintu ruang latih dengan kedua lengan terlipat di dada.

“Kamu mau gantian jadi sparring?” Chakra Devandra Valenberg berbalik menghadap ke arah Theo, raut wajahnya yang keras nyatanya tidak mampu menanggalkan ketampanan khas milik orang-orang dari Indonesia timur. Ekspresi sekelam malam berbadai di mata beralis tebal berbentuk seperti golok itupun hanya semakin memperkuat kesan jantan namun sensual yang pastinya akan membuat wanita mana saja gemetar sekaligus penasaran dengan pesona lelaki berdarah campuran Jawa, Portugis dan Sumba itu.

Sekilas Chakra tampak seakan mengabaikan samsak yang berayun menuju kearahnya namun begitu benda itu mendekat tanpa di duga dia melakukan tae tud—tendangan memutar, yang bahkan membuat Theo Rumpoy meringis, sementara orang yang melakukan tendangan itu berbalik dan tampak tersenyum puas setelah menyelesaikan latihan malamnya.

“Hsss … aku nggak tahu apa yang bikin samsak malang itu harus menanggung semua ini, tapi yang jelas meninjui samsak sama sekali bukan substitusi yang baik untuk melampiaskan amarah atau kebutuhan seksualmu, Man.”

Mengabaikan sarkasme  Theo, Chakra lebih memilih membuka ikatan handwrap, kemudian mengusap keringatnya dengan handuk putih yang tersedia .

“C’mon, kita ke klub! Akhir-akhir ini kamu jarang datang ke Troime, kan.”

“Oke,” katanya seraya menjatuhkan handuk lembab ditangannya ke lantai.

“Kalau begitu aku hubungi Wega sama Renno, sudah lama kita nggak kumpul bareng kan?”

“Uhm.”

Theo urung terlihat terlalu senang begitu mendengar gumaman enggan itu. Sambil mendengus kesal Theo mengekor di belakang Chakra. 

“Aku nggak ngerti apa yang terjadi sama kamu. Sebelumnya kita tidak pernah sesulit ini mencari cara buat senang-senang. Please Man, kamu jangan menyulitkan. Ayo kita senang-senang, malam ini” Theo memberi tanda lewat gerakan kepalanya.

Tapi sepertinya malam itu kejengkelan Theo pada sikap sahabatnya ternyata harus berlanjut.

Tidak seperti biasa, sesampainya di Troime Chakra kembali menolak ajakannya untuk menikmati malam dengan bergabung di balkoni pribadi yang memungkinkan para member PM bisa mengawasi setiap bagian menarik dari pesta yang sedang berlangsung.

Properly in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang