10. Bidak

6.9K 1K 184
                                    

Masih adakah yang nungguin cerita ini?

Atta hanya bisa melirik sekilas pada pria yang duduk di sebelahnya dan sibuk membicarakan sesuatu dengan orang yang tersambung lewat ponselnya.

Selesai makan siang tadi Chakra Valenberg mengajak menemui pengacara pribadinya. Seorang laki-laki setengah abad dengan penampilan khas layaknya kebanyakan kaum pecinta motor gede pabrikan USA.

Lelaki itu, yang diperkenalkan oleh Chakra sebagai, Om Vincent, sukses menghancurkan imej pengacara berkelas yang selalu mengenakan setelan saat bekerja.

Alih-alih tampil dengan outfit mewah lengkap dengan perhiasan berlian seperti pengacara beken yang sering wara-wiri di teve, Om Vincent lebih kelihatan seperti kepala montir dengan wajah brewokan dan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai hingga ke bahu.

Atta yakin kalau Chakra mampu membayar pengacara yang lebih meyakinkan dari laki-laki itu, akan tetapi dari percakapan yang didengarnya selama mereka membahas tentang perjanjian yang Atta dan Chakra sepakati, dia baru tahu kalau kausa yang menjadi dasar perikatan mereka, tidak termasuk dalam kausa halal yang dibenarkan dalam undang-undang, dan jelas pengacara lain akan berpikir beratus kali sebelum membuatnya.

Dan salah satu syarat paling awal yang harus dipenuhi oleh Atta saat ini adalah segera adalah pindah keapartemen Chakra.

Chakra mengakhiri pembicaraannya dan menyimpan ponselnya ke dalam saku jaket yang dia kenakan. Dia mengernyitkan dahi saat melihat kemana SUV mewahnya berbelok.

“Ini jalannya benar?” tanyanya yang langsung diangguki Atta sambil tersenyum tipis.

“Saya memang tinggal di rusunawa Sir!”

“Oh!” mereka tidak berbicara lagi hingga mobil terparkir dihalaman rusun dan Chakra diikuti Atta turun dari dalamnya. Beberapa anak yang kebetulan bermain di halaman segera berlari mendekat kearah mobil milik Chakra sambil berseru kagum.

Mengabaikan itu semua Attalia melangkah mantap menuju ketangga untuk dapat mencapai unit sewaannya dilantai lima, sementara Chakra dan pengawalnya mengikuti dari belakang.

“Nggak ada lift?” tanya Chakra heran.

“Ada, tapi jam segini biasanya ramai yang turun naik, jadi antrian untuk sampai ke atas lumayan lama.

Sekali lagi Chakra merespon dengan anggukan paham. 

Mereka melewati dua lantai pertama tanpa bercakap-cakap, tapi di lantai ketiga Atta yang tampak terengah kelelahan membuat Chakra dengan sigap merangkul bahunya.

“Nggak usah terburu-buru,” katanya datar. Sebelum membantu Atta mengatur langkahnya jadi lebih perlahan. “Untuk wanita yang nggak hamil saja naik tangga sampai lima lantai itu sulit, apalagi kondisi kamu sekarang.”

“Maaf Sir!” meski sedikit jengah Atta jujur saja dia merasa lega dengan sikap pengertian laki-laki yang mengontrak jasanya ini.

Mereka sampai di lantai lima yang lebih lengang dibanding lantai lain. Karena letaknya yang tinggi dan sulit dijangkau, lantai lima ke atas tidak termasuk dalam unit favorit pasangan yang sudah memiliki anak.

Rata-rata yang tinggal di lantai ini adalah individu yang belum berkeluarga yang kebanyakan adalah karyawan atau mahasiswa.

Begitu masuk ke dalam unit yang disewa Attalia, Chakra tidak dapat menahan diri untuk tidak mengernyit lagi.

Bagaimana tidak unit yang disewa Atta berukuran tak lebih luas dari foyer apartemennya, dan jika foyer itu hanya diisi dengan sebuah meja kaca bundar untuk meletakkan pot tanaman bunga anggrek bulan ukuran raksasa, unit milik Atta digunakan untuk mengakomodir kegiatan sehari-hari wanita itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Properly in LoveWhere stories live. Discover now