8. Idealisme yang tersisa

5.3K 994 94
                                    

Yang kangen babang mafia mana ya?

Lama banget gak main ke sini ya, maklumlah udah 2 mingguan nih keluarga emak gantian sakit, emak bahkan udah dua minggu kena batuk kering. Pindah dokter sana sini masih belum sembuh juga.

Kata si bapak bawaan musim durian, manggis sama rambutan ya gitu, kalo mau ilang nunggu musim duriannya kelar dulu 😣😣😣 lama dooong ya.

Eh tau nggak sih mamak tuh sebenernya kalo pas sakit ada yang nagih unggah suka sebel, so jangan heran aja kalo cerita yang jadwalnya harusnya unggah jadi molor itu sih efek emak badmood biasanya 😂😂😂

"Sudah bangun?" suara Rifki menyapa Atta saat keduanya bertemu di pantry.

Attalia mendekat dengan langkah lesu. Semangatnya hilang saat teringat dengan peristiwa yang terjadi semalam.

Kegagalan membuatnya merasa patah arang. Hingga dia tidak banyak membantah saat Rifki memaksanya menginap di apartemen lelaki itu sepulangnya dari Sky.

"Aku cuma punya susu cair biasa, mau?"

Atta mengangguk, menerima dan langsung meneguk apa yang disodorkan Rifki. Memperhatikan tanpa niatan sama sekali mengambil alih upaya sahabatnya yang terlilat kaku saat menyiapkan telur dadar untuk mereka berdua.

"Ki, apa wanita hamil seperti aku memang nggak punya nilai jual lagi?"

Pertanyaan Atta yang tiba-tiba membuat Rifki mengangkat wajahnya dari kesibukannya menyiapkan sarapan pagi.

"Kamu berpikir begitu karena apa yang terjadi semalam?"

Atta tidak menatap Rifki, tangannya justru sibuk memutar-mutar bagian atas kaleng susu cairnya, "Aku ngerasa gagal Ki."

"Lia, coba deh kamu memikirkan ini dari sisi lain ... mungkin ini cara Tuhan melindungi kamu dan bayi kamu."

"Justru itu Ki, aku merasa gagal memberi kehidupan yang layak untuk anak aku."

"Atta ... kamu tahu kamu masih punya aku."

"Ki, aku tahu kamu akan memberikan apa aja yang aku butuh meski aku nggak minta, tapi apa yang aku usahakan ini justru cara aku untuk menolong diri sendiri agar nggak merasa lemah karena kehamilan ini. Dengan kerja aku bisa lebih percaya diri kalau aku mampu,"

"Ada banyak pilihan pekerjaan lain Lia," potong Rifki.

"Tapi yang bisa kasih aku banyak uang dalam waktu singkat cuma cara ini."

Rifki tidak mengatakan apapun lagi, hanya menggeleng-gelengkan kepala seakan merasa tak habis pikir. "Jadi kamu masih tetap ingin meneruskan ini? Masih ingin aku carikan klien yang lain?"

Attalia menggangguk mantap, "Secepatnya."

Rifki mendesah putus asa namun tahu sahabatnya tidak akan mundur. "Makan dulu," suruhnya sambil menghidangkan seporsi sandwich telur.

Atta baru saja mengangkat potongan rotinya saat nada pesan masuk menyela dari ponselnya, dengan acuh tak acuh dia mengintip pesan pop up yang melintas dilayar. Nama sebuah bank swasta ternama yang tertera membuatnya mengerutkan dahi, dan saat membuka isi pesan, apa yang dia baca di sana membuatnya tertegun lama.

"Ada apa?" Rifki bertanya heran melihat reaksi Attalia.

"Ada transferan masuk, Ki."

"Dari siapa?"

"Entahlah namanya nggak aku kenal."

"Coba aku lihat?" Rifki mengulurkan tangan untuk meminta ponsel Attalia. Atta memberikannya tanpa banyak tanya.

Properly in LoveWhere stories live. Discover now