7. Salah menilai

6.7K 1.1K 387
                                    

Ada yang kangen nggak sih sama Abang perompak yang satu ini?

Kalo kangen komen and vote nya jangan lupa yaaah ... Karena dua hal itu yang paling menentukan cerita ini bakal berlanjut atau enggak.

Karena sejujurnya semakin bertambahnya usia anak semakin sedikit waktu emak buat main di sini  ... Jadi kalo nggak dibela-belain banget ya nggak bisa. Makanya yang baca juga usaha yah buat kasih semangat 😘😘😘

Sejak pertama mendengar suara lelaki selagi masih di dalam toilet, dengan kondisi setengah mabuk oleh asap parfum yang pekat, Atta sudah bisa mengidentifikasi pemilik suara jernih menghipnotis itu.

Dan sebenarnya yang paling ingin membuatnya pingsan malam itu bukan mabuk aroma parfum saja, melainkan menyadari siapa klien-nya malam ini.

“Kamu!” perempuan itu terbatuk sebelum sempat menyelesaikan kalimat yang ingin dia sampaikan.

“Maaf,” permohonan itu kontras dengan ekspresi yang lelaki itu perlihatkan.

Wajah dingin itu terlihat cerah, tatapan mata kelam itu kini berbinar, sementara bibir yang biasa tertekuk kaku melengkung sensual dengan cara yang bisa memanaskan udara sekitar.

Lelaki yang terlihat seperti perompak di siang hari itu seakan mampu bermetamorfosis menjadi sosok pangeran di malam hari.

Batuk dan suara tercekik yang Attalia keluarkan mengubah ekspresi di wajah lelaki itu.

Tanpa banyak bicara dia berlalu ke konter yang menempel di sisi ruangan duduk penthouse itu. Sebuah lemari pendingin dalam ukuran besar penuh berisi aneka minuman dan beberapa jenis penganan dan buah rupa-rupanya tersembunyi di sana.

Attalia melihat lelaki itu mengambil sebotol perrier dan kembali ke dekatnya. Dengan cekatan tangannya membuka tutup botol, menuangkannya dalam gelas kristal yang diambil dari konter lain, kemudian membantu Atta minum seakan yakin jika Attalia tidak memiliki cukup tenaga untuk dapat melakukannya sendiri.

Air mineral yang disesapnya membawa kesegaran tersendiri untuk Atta, demikian juga aroma dingin wewangian misterius yang menguar samar dari tubuh pangeran perompak itu.

Attalia menyibak anak-anak rambut yang menghalangi pandangannya dengan kedua tangan, desah samarnya terdengar di telinga Chakra yang masih memperhatikan dengan seksama setiap tindak tanduk wanita di hadapannya.

“Itu benar-benar aroma yang,” Atta tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang baru dialaminya.

A scent for a whore.” Chakra menimpali datar.

“Bahkan pelacur pun enggan memakainya,” kecam Atta dingin.

Keduanya bertukar tatap, dan Chakra bisa merasakan letup emosi di mata wanita itu akibat pilihan kalimatnya.

“Itu aku kutip dari teman,” jelas Chakra.

“Oh! Tapi saya kagum kamu bisa kasih parfum itu ke orang yang tepat.”

Diam-diam Chakra menghela nafas serba salah, “Saya kasih itu ke kamu untuk membuat kesal teman saya?”

Bagian diantara sepasang alis indah Atta membentuk kerut halus yang semakin menambah kesan anggun wajahnya.

“Teman kamu itu yang punya Lush?”

“Bukan, dia klien Lush … orang yang menghadirkan kamu untuk saya malam ini.” Penjelasan gamblang Chakra membuat Attalia semakin bingung.

“Tadinya saya ke sini untuk membatalkan reservasi.”

Bibir Atta membuka sedikit. Dibatalkan! Batinnya syok. Ini tidak boleh terjadi.

Properly in LoveWhere stories live. Discover now