Psikiatri - Malingering

10.4K 762 401
                                    

Melihat animonya yang cukup besar, jadi topik ini saya dahulukan deh.

Jadi, hari ini kita akan bahas tentang ilmu psikiatri, setelah topik sebelumnya kardiovaskuler (jantung) ya.

Judulnya Malingering. Ada yang sudah tahu artinya? Sudah pernah dengar? Sudah tanya si Mbah? Komen dulu dong, hehehe.

<<<>>>

Akhir-akhir ini netizen digemparkan dengan berita seorang selebritis, pria usia 50 tahunan yang memiliki masalah pidana memalsukan kartu togel. Hingga suatu hari, seorang koas EM (emergency medicine) jaga hari pertama (yang belum mengerti apa-apa) mendapati pria tersebut dibawa ke dalam IGD sambil dikerumuni banyak wartawan. Security menahan mereka agar tidak masuk dan mengganggu kenyamanan pasien lain.

Sang istri pasien berteriak-teriak histeris sambil memohon kepada dokter untuk segera memeriksa. Setelah memeriksa pasien secara cepat, PPDS(*) memberikan AP (atas perintah) kepada koas untuk memasang infus dan oksigen terlebih dahulu karena pasien tampak menurun GCS(**)nya, sementara PPDS tersebut melakukan anamnesis kepada istri pasien.

(*) PPDS ini makhluk hidup kedua di rumah sakit yang posisinya di atas koas, tetapi di bawah konsulen. Jadi kalo misal dapet marah-marah dari konsulen, masih ada target yang bisa dimarahin *ups* hahaha. Nggak kok, PPDS zaman now baik-baik semua :*

(**) GCS (Glassgow Comma Scale) = sistem skoring kesadaran pasien yang sering dipakai, tetapi kalau untuk kasus trauma sih biasanya pakai AVPU (Alert-Verbal-Pain-Unresponsive)


Karena saking paniknya (ditambah mungkin malu bertanya), koas tersebut langsung lari tunggang-langgang untuk minta infus set dan masker oksigen ke mbak-mbak farmasi. Ketika ditanyain ukuran abocath, si koas mikir keras, ukuran buat dewasa ini berapa ya.

"Adanya berapa mbak?"

"Ya semua ada, 14? 16? 20? 24?"

Nah karena si pasien itu kan badannya gendut gitu ya, masa dikasih yang kecil sih ukurannya. "Oke mbak, 24 aja!"

"Masker apa nasal canul, Mas Koas?"

"Emmmmm, yang bagus yang mana mbak?"

"Bagusan masker."

"Okedeh, makasih ya, Mbak."

Tak banyak buang waktu lagi, koas tersebut segera masuk kembali ke bilik perawatan IGD. Di sana ia kaget, melihat pasien dan istrinya sedang ngobrol asyik rupanya, dan harus terhenti karena ada koas tiba-tiba masuk. Sejenak suasana menjadi canggung, namun tak lama hingga istri pasien menarik lengan koas tersebut, mendekatkan mulut ke kupingnya, dan membisiki sesuatu yang membuat bulu kuduk berdiri (bukan karena embusan napas tante-tante berlipstik tebal ya).

"Saya mau update instastory," tukas istri pasien itu dengan nada lirih, "nanti kamu pasang semua alatnya, terus fotoin ya?"

Koas itu menelan ludah, memandang bergantian pasien yang notabene fully awake, dan istrinya.

"Kamu mau nilai ilmiahmu dapet A, kan? Mau tetap lulus walaupun nggak stase seharian, kan?" sambung istri pasien sambil memperlihatkan smartphonenya yang dibungkus dengan case blink-blink. "Nih, saya punya kontak direktur RS*biiiiip*. Saya tinggal WA aja, saya kasih nama kamu nanti, oke?" Mata kanannya berkedip manja.

Ragu. Gusar. Berkeringat. Walau lambat, namun pasti. Si koas tersebut akhirnya memasang alat-alat yang dibawanya dari farmasi, dan juga monitor yang ada di situ. Berbekal skill preklinik yang dia ingat, akhirnya 10 menit kemudian semua alat sudah terpasang dan ia siap untuk memotret "hasil karya"nya.

Et Medicina | Seputar Medis yang Perlu Kamu TahuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang