i.l.m.c.b-END

18.9K 1.3K 219
                                    

Setahu Novian, ia baru sekali merasakan yang namanya jatuh cinta. Dan setahunya lagi, ini adalah patah hati pertamanya juga. Ternyata beginilah sakitnya. Terasa seperti dihujam tombak tepat dada. Rasanya dulu saat jarinya tak sengaja tergores pisau yang menyebabkannya harus mendapatkan sepuluh jahitan, tak sesakit ini. Bahkan menangis dua hari dua malam pun tak mengobati sakitnya sedikitpun.

Ini terlalu pedih, sungguh. Mengingat fakta bahwa penyebab benteng hatinya menjadi sehancur ini adalah kelemahannya, Fahlan Wiranata.

Jauh-jauh datang ke Indonesia untuk melanjutkan hubungan bersama dengan sang kekasih yang telah ditunggunya tujuh tahun, ia malah dicampakkan dengan kabar pertunangan sang kekasih.

Kurang ajarnya lagi, pria mungil itu malah mewajibkan Novian untuk datang ke acara itu. Sebenarnya Novian bisa saja menolak mentah-mentah. Atau memaki si kekasih yang sudah menjadi mantan itu beberapa hari yang lalu. Namun ia memilih prinsip, ini masalah harga diri. Ia ingin tetap terlihat tegar walau hatinya rapuh.

Tapi sekarang ia menyesal sendiri telah mengiyakan untuk datang ke acara pertunangan mantannya itu. Siapa yang sanggup coba ? Belajar untuk move on aja dia belum sempat. Lihat sekarang kan, kamarnya yang mirip kapal pecah itu menjadi saksi bisu kehancurannya. Belum perutnya yang tak mau menyentuh makanan selama dua hari dua malam. Hanya tiga botol coca cola yang menemaninya selama dua hari ini.

Waktu berdetak begitu cepat. Matahari pun sudah mulai masuk ke sangkarnya. Dan 2 jam lagi, adalah acara pertunangan Fahlan.

Haruskah Novian benar-benar hadir ?

Oh baiklah tidak apa apa, kata pepatah 'kan masih ada kesempatan, selama janur kuning belum melengkung. Kali aja dia bisa saja ngancurin acara pertunangan Fahlan. Terus bawa kabur Fahlan. Ajak kawin lari. Selesai.

Gak! Gak boleh!

Apa gunanya Novian memiliki Fahlan yang sudah tak mencintainya lagi ? Nambah sakit batin aja!

"Sialan lo kak! Tega banget bikin gue sehancur ini" Novian bermonolog. Meneguk sisa cola terakhirnya.

Novian bangkit dari kasurnya.  Mukanya yang lusuh, bajunya yang kusut, dan rambut acak-acakan terpantul di cermin.  Lalu tanpa sengaja  sudut matanya melirik secarik undangan di atas nakas. Setetes air matanya pun kembali turun. Dengan cepat Novian menghampus air mata itu dari pipinya. Menatap cermin dengan raut setegar mungkin.

"Gue harus kuat! Gue harus buktiin kalau Fahlan udah nyesel ngebuang gue gitu aja!"

***

Langkah pantofel hitam mengkilap berhasil memasuki gedung mewah ini. Balutan jas berwarna hitam dan kemeja putih berhasil membuat Novian terlihat semakin tampan malam ini.

Belum banyak yang menyadari kehadirannya meskipun banyak yang mengenalnya di sini. Novian berdiri di ujung ruangan. Menatap setiap tamu yang datang. Lalu dahinya mengkerut heran.

"Loh, kok ?"  Hatinya membatin.

Diteruskan langkah kakinya. Menyambar kerumunan tamu yang paling ia kenal. Siapalagi kalau bukan mama dan papanya.

"Ma, pa! Kok ada di sini ?" Tanya Novian kebingungan. Masih wajar sih kalo mama dan papanya datang, katanya kan mereka ini temannya orang tua Fahlan juga. Yang bikin dia mikir kenapa mereka dateng ke sini adalah, banyak banget keluarganya yang bahkan gak kenal sama Fahlan ada di sini.

"Yah datengin acara pertunangan Fahlan lah. Menurut lo ?" kalimat itu bukan keluar dari kedua mulut orang tuanya. Tapi dari salah satu seme terbaik di keluarganya--Vino.

I Love My Cute Bastard ✔Where stories live. Discover now