🧸Diary Nikah Muda. o9

312K 15.8K 969
                                    

Yuhuuu up lagi niehhh

Ramein lagi yakk biar makin semangat nulisnya

Ayo setor absen dulu sebelum baca gratis 🧸🗑️

Sudah?

Selamat membaca 💖

Kediaman keluarga Ninda dikejutkan oleh teriakan sang pemilik rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kediaman keluarga Ninda dikejutkan oleh teriakan sang pemilik rumah. Anggota keluarga turun ke lantai bawah.

"SARAS! KEMARI KAMU!"

Panggilan telepon belum terputus sehingga Bagas dan keluargamya bisa mendengar kemarahan Adipati pada Saras. Meski tak melihat langsung, suara dari telepon sudah cukup membuktikan jika Saras dimarahi habis-habisan.

"Saras!"

"Ya, Pak? Ada apa ya?" dengan tergopoh-gopoh Saras datang ke ruang kerja Adipati. Sementara Ninda dan mamanya tak berani masuk ke sana.

"Apa benar kamu sedang hamil?"

Semua yang mendengar terkejut. Budhe membekap mulutnya dengan tangan. Terlebih Ninda, ia keringat dingin.

Jangan bilang Saras hamil anak Damar? Dan itu gara-gara gue? Mampus! Gue dalam masalah!

Ninda tak menyangka akan sejauh ini, terselut kecemburuan semu pada Saras telah membutakan matanya.

Saras tidak akan berbohong. Ia ingin menghadapi kesalahannya sendiri.

"Betul, Pak. Maafkan Saras yang sudah mengecewakan kepercayaan, Bapak. Saya sangat menyesal, bila perlu saya dipulangkan saja ke kampung, saya akan lahirkan anak saya tanpa membuat malu nama keluarga Bapak."

Adipati memukul kencang meja kerjanya, tidak pernah ia semarah ini ke Saras. Baru tempo hari ia menasihati Ninda, tapi malah gadis yang ia anggap putri sendiri dan banggakan ke orang-orang malah melukai kepercayaannya.

Adipati marah besar. Sementara Saras hanya bisa tertunduk malu, menerima semua kemarahan majikannya.

Sementara itu di kediaman Bagas, papanya mematikan panggilan. Ia tidak sanggup untuk mendengar lebih jauh kata-kata makian untuk seorang gadis.

"Bagas, kamu ke rumah itu sekarang. Kamu harus tanggung jawab, jangan sampai gadis itu menanggung semuanya sendirian."

"Enggak ah, Pa. Yang benar aja aku tiba-tiba datang kayak pahlawan kesiangan. Lagian ini udah malem. Biarin aja dia dimarahin, toh itu konsekuensi yang harus dia terima."

Diary Nikah MudaWhere stories live. Discover now