🧸Diary Nikah Muda. 3o

289K 16.4K 1.5K
                                    

Udah up nih gue, jangan tantrum lagi lo pada

Plis dengerin musik di atas untuk part ini Judulnya "Amin Paling Serius"

Ini tuh feelnya bakal dapet banget lohhh untuk kisah Saras Bagas

Hayii, kalian apa kabar loh we?

Sehat?

Waras?

Kangen cerita ini?

Boleh yuk setor absen dulu di sini, masukin apapun ke keranjang 👉🗑️🧸 biar Zefmon semangat nulis buat kalian hihuu

Oh ya zefmon udah fiks ubah jadi Bojonegoro aja deh yaa tolong revisi kalo masih ada di part sebelumnya pakai Purwakarta

Btw, seminggu lagi zefmon resign karena satu dua hal, mohon doakan zefmon dapat pekerjaan jauh lebih baik lagi yaa

Selamat membaca
With lop 💖🍑

Membaringkan kepala di dekat pintu masuk tenda kemah, beralaskan lengannya, Bagas menatap lukisan planet-planet yang sudah tergambar di atas sana sejak ia kecil, menemani sepinya di kala rumahnya riuh dengan pertengkaran orangtuanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Membaringkan kepala di dekat pintu masuk tenda kemah, beralaskan lengannya, Bagas menatap lukisan planet-planet yang sudah tergambar di atas sana sejak ia kecil, menemani sepinya di kala rumahnya riuh dengan pertengkaran orangtuanya.

Perlahan, Saras ikut berbaring mendekatkan diri pada Bagas. Ia penasaran apa yang Bagas lihat dari sudut pandang ini. Dari sini ia dapat menyaksikan Bagas kecil kesepian. Di saat ia dan keluarganya di kampung bersenda gurau dalam rumah sederhana, ada Bagas yang disiksa sepi dalam rumah megahnya.

"Waktu kecil aku juga suka lihat langit, Gas. Tapi ngeliat langsung bukan lewat gambar gini."

"Oh ya, pasti bagus kan?"

"Jadi tuh di samping rumah aku kayak ada bukit kecil, anak-anak sering main layangan di sana. Aku biasa lihat bintang dari sana."

"Pasti lebih bagus ya ngelihat versi nyatanya," Bagas menggumam.

"Iya, bagus banget. Tapi setelah aku jadi dewasa, aku menemukan bintang yang lebih indah."

Bagas mengarahkan kepala ke arahnya. Menemukan Saras yang ternyata sedang menatap sisi wajahnya sejak tadi.

"Bintang itu bersinar terang meski tercipta dari badai," Saras melanjutkan. Ia kemudian tersenyum, kembali mengarahkan matanya ke langit-langit. "Pasti akan menyenangkan kalau aku bisa terus melihat bintang itu lebih lama. Mau lihat sinarnya lebih dekat, kalau bisa jangan sampai redup."

Bagas tidak bodoh. Ia jelas tahu siapa bintang yang Saras maksudkan. Itu pasti dirinya.

Tangannya yang tadi ia jadikan bantal dijadikannya penutup mata. Ia tidak ingin terlihat terang-terangan menginginkan Saras sementara ia juga tahu mereka tak akan bersama terus. Bagas takut memulai, ia takut memiliki.

Diary Nikah MudaWhere stories live. Discover now