Chapter 6

463 92 5
                                    

"Apa-apaan ini ? Aiiiiiiiish !!!!! Buang ini semua !" Kata-kata yang keluar dari mulut Al Ghazali, sambil menendang kardus yang berisi baju yang tadi telah dipakai Yuki. Semua pelayan hanya bisa menunduk karena takut melihat tuan muda mereka yang sedang marah-marah. Seluruh pelayan akan takut jika tuan mudanya, Al Ghazali bad mood dan marah, karena itu bisa saja menyebabkan mereka dipecat sesuka hati seorang tuan muda Al Ghazali.

"Kenapa diam aja ? Bukankah sudah kubilang untuk membuangnya ?!"

"Baik tuan muda"

"Pecat mereka semua !"

"Apa ?"

"Pecat semua yang hari ini melayani dia, model rambut apa itu ? Bajunya juga, model apa itu ? Gayanya ketinggalan jaman sekali. Cari orang lain, cari yang paling top !"

"Tapi pelayan hari ini memang orang-orang yang paling bagus."

"Cari orang yang lebih mahal lagi !"

"Saya mengerti, tuan muda."

Dan tiba-tiba, seekor lebah terbang tepat di depan Al, dengan ekspresi apa adanya Al berlari dan sembunyi di belakang pelayan, "Aaaaaaa... Apa itu? Apa itu? Cepat.... Cepat.... Keluarkan binatang itu dari sini sekarang!" Memang seorang Al Ghazali sangat takut pada lebah, itu merupakan phobianya sejak dia kecil.

"Sudah saya usir lebahnya, tuan muda."

"Ok, baiklah." Lalu Al duduk di sofa dan melihat secangkir teh yang berada di atas meja.

"Siapa yang membuat teh ini?"

"Saya tuan" jawab salah satu pelayan yang masih baru.

"Pecat dia sekarang juga!"

Dan pelayan baru itu terjatuh lemas ke lantai karena pernyataan mendadak sang tuan mudanya.

.

.

.

Yuki yang sedang berjalan di istana milik keluarga Ghazali membuatnya susah menemukan pintu keluar, betapa tidak rumah itu memang bak istana yang sangat luas dan besar. Yuki pun terus berjalan menyusuri rumah itu, dan sesaat pandangan Yuki tertuju pada sebuah ruangan, dan ternyata ruangan itu adalah kamar mandi, "Oh my God..... Ya ampuuun ini benar kamar mandi???? Kamar mandi ini 4 x lebih besar daripada rumahku. Sekaya apa keluarga Ghazali ini, sampai kamar mandinya saja seperti ini. Ini sih memang benar istana, kekayaan mereka berapa banyak ya, buseeeet deeeeh."Celoteh Yuki sambil kagum melihat kamar mandi beserta isi di dalamnya.

Yuki's POV :
"Tapi.... Yuki Kato... kenapa tadi lu kehabisan kata-kata?"

FLASHBACK ON

"Dan satu lagi, sepertinya lu ngga tau, kalau teman itu ngga bisa dibeli dengan uang. Berteman itu harus dengan hati."

"Ngga ada yang ngga bisa dibeli dengan uang. Kasih tau gue, apa yang ngga bisa dibeli dengan uang?! Di dunia ini... Apa benar ada yang tidak bisa dibeli dengan uang? Kalau lu sepercaya diri itu, katakan sama gue, apa itu yang ngga bisa dibeli dengan uang, ORANG BIASA!" Ucap Al arogan.

Dan kedua mata Yuki pun sudah berkaca-kaca, karena ucapan arogan seorang Al Ghazali.

FLASHBACK END

Masih dengan sepatu high heels yang menempel di kakinya, Yuki berjalan kaki pulang dari istana Al, hingga Yuki tersadar karena merasakan sakit pada kakinya tidak terbiasa mengenakan high heels.

"Aiiiiish.... Menyebalkan! Memalukan sekali... Aaaaah... Rasanya gue mau gila sekaran."

Lalu Yuki membuka high heels yang dia pakai dan melemparkannya ke satu halaman rumah orang dan entah rumah siapa. Kini Yuki hanya bertelanjang kaki alias nyeker.

Boys Before Flowersजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें