Hadiah Berujung Tangis

129 3 0
                                    

Kau tahu tidak? kalau aku rela jam tidurku berkurang semenjak notif pesanmu selalu menjadi hal yang paling kutunggu.
Kau tahu tidak? kalau aku juga rela menahan kantukku hanya karena kau masih saja bercerita
sementara anehnya telinga dan mataku masih terus terjaga.

Kau tahu tidak? ini mungkin tak penting, tapi bagiku inilah hal yang membuat aku menjadi seseorang yang tidak bisa menangkal debarnya sendiri.
Serta menahan gejolak di dalam hati.

Iya. Mungkin kau tak sadar jika selama ini ada yang bersembunyi malu malu di balik hangatnya obrolan kita dan di antara kedekatan kita.
Yaitu rasa yang diam-diam terus tumbuh tanpa bisa kuhalang halangi kemunculannya.

Entah kapan perasaan macam ini ada. Entah sejak saat apa kau berhasil membuatku kembali lagi percaya akan cinta. Namun lebih pastinya, semua yang kudapat ketika bersamamu ialah hal yang takan mungkin bisa kulupa begitu saja. Aku mengenalnya dengan kata bahagia.

Tetapi memang akulah yang terlalu percaya diri.
Aku juga yang nekat mendekatkan hati ini.
Di saat aku mulai merasa kita bisa lebih jauh lagi, sebersit rasa sesak menyerang tiba tiba.
Sebab ternyata alasan kau yang mendadak terlihat berbeda membuatku bertanya tanya.

Semua tampak berakhir begitu cepat.
Kita yang dekat bahkan hampir terikat
harus menemui jalan penuh sekat.
Barangkali kau benar benar lupa atau sengaja membuatku hanya merasa kita bisa bersama.

Entahlah sulit kuterima namun inilah hadiahnya.
Kejutan yang kau berikan sungguh membuat aku patah di segala rasa.
Dan sekarang semua bukan tentang isi percakapan kita yang membelah pagi,
bukan lagi tentang apa saja yang bisa di bagi menghasilkan solusi.
Bukan juga tentang kapan kita pergi berdua merekatkan peluk sembari menunggu matahari.

Bukan.

Sekarang mari kita sebut ini adalah hadiah tanpa perayaan bahagia.
Yang lebih layak kurayakan dengan sedikit sakit banyak kenangnya.

Sajak Acak Tentang DiaWhere stories live. Discover now