Fifth Reasons

172 27 2
                                    

Dadaku berdegup kencang. Rasa percaya dan tak percaya membuatku bimbang.

Kini, tepat di hadapanku, dengan diriku yang menatapi bunga ini di depan jendela besar. Aku berpikir.

Kemarin, tepat ketika aku ingin pulang setelah berbelanja coklat dengan Momoi-chan dan Tetsuya. Aku melihat Kise-kun membeli satu pot bunga matahari.

Dan sekarang, sebuah pot bunga matahari diletakkan begitu saja di depan rumah keluarga Kuroko dengan sebuah surat tanpa nama.

Aku kembali melihat surat dengan amplop kuning ini lagi. Kubaca untuk kesekian kalinya surat itu.

Karena keberadaanmu, memberikan energi positif dan kehangatan bagiku. Tersenyumlah seperti bunga matahari yang tersenyum pada mentari.

Tanpa kusadari, aku tersenyum setelah membaca surat itu. Memikirkan kalau ini memang dari Kise-kun, rasanya aku tidak percaya.

"Jangan tersenyum bodoh seperti itu, [Name]-chan. Kau terlihat jelek," ucap Momoi-chan begitu memasuki kamarku.

Aku langsung mendekat ke arah perempuan itu dan memeluknya kuat. Astaga! Rasanya aku senang sekali!

"Jangan berharap terlalu tinggi, kalau jatuh, sakit tau."

Aku merucutkan mulutku sebal setelah melepasnya. Ah, dasar teman! Bukannya membuatku senang-senang saja, malah berkata seperti itu.

Aku memukul pelan bahunya dan berkata, "dasar kejam! Seharusnya kau ikuti saja kesenangan sederhanaku ini."

Momoi-chan tertawa ringan. "Maaf, maaf. Jadi, sudah siap untuk aksi mata-mata hari ini?"

Aku mengangguk mantap. Aku lebih dari kata siap.

Aku bahkan menggunakan wigku lebih baik dari biasanya, lebih rapih dan rapat dari biasanya. Takut-takut ketika pengintaian, malah terlepas.

Terlebih lengkap dengan topi dan pakaian yang nyaris tertutup rapat.

Aku sudah sangat amat siap.

🌹

Aku memang tidak tahu Kise-kun selesai pemotretan itu pukul berapa, tapi paling tidak aku tahu dimana tempat pemotretannya.

Ditunjang dengan posisinya yang strategis. Yep, bangunan tempat Kise-kun berada, berhadapan langsung dengan sebuah coffee shop.

Jadi, sambil menunggu orang yang kusuka itu keluar dari tempatnya bekerja, aku akan berada di sini sambil menikmati waktuku.

Aku menatap lurus jendela besar di sampingku yang langsung berhadapan dengan gedung pemotretan.

Orang-orang lalu lalang dan keluar masuk dari sana. Bahkan entah sudah berapa kali aku mendengar suara dentingan pintu coffee shop kala seseorang baru saja keluar dan masuk.

Aku menyesap kopi susuku yang sedikit mengepul sambil menatap lurus jendela kaca besar di depanku.

"[Name]-chan, kalau kau melihatnya seperti itu, lama-lama akan keluar laser dari matamu," celetuk Momoi-chan.

Aku menoleh dan sedikit merucutkan mulutku. "Kau kira aku Superman?"

"Habisnya lihat saja! Bola matamu nyaris ingin keluar dari tempatnya."

Kalau kupikir memang benar, sih. Sudah hampir satu jam dan tidak ada di antara kami yang berbicara saking seriusnya diriku menatap ke luar jendela.

Aku menghela singkat dan memutar tubuhku sempurna menghadap Momoi-chan.

"Aku tahu, mungkin aku terlalu terbawa perasaan. Justru karena itu, aku butuh bukti lebih."

14 Reasons WhyWhere stories live. Discover now