Thirteenth Reason

23 3 0
                                    

【Karena aku mencintaimu sejak awal, apa kau sudah tahu siapa diriku?】

Tertulis seperti itu pada kertas vintage. Terdengar seperti sebuah pernyataan walaupun ditulis dengan pertanyaan.

Dia melakukan semua ini dengan alasan karena mencintaiku, lalu dia juga mengajukan pertanyaan tentang siapa gerangan dirinya.

Aku tidak tahu, sungguh. Bahkan sampai sekarang. Satu pun petunjuk, entah ada dimana.

Kulupakan semuanya. Aku sudah lelah meladeni permainan semacam ini, aku menyerah.

Lagi pula aku yakin, orang ini semakin lama akan semakin bosan untuk mengirimkannya padaku hanya karena aku tidak tahu siapa dirinya.

Setidaknya, aku butuh sebuah petunjuk yang kuat. Entah seperti sebuah huruf atau sebuah coretan barang kali.

Yang kudapat hanya satu pot bunga-yang kini kudapati bunga anggrek merah-dengan sebuah surat yang senada dengan mahkota bunganya.

Hanya itu. Tidak lebih.

"Ingin rasanya aku menghancurkan kepalaku," kataku pada diriku sendiri.

"Ada apa, [Name]?"

Aku mengangkat kepalaku dari atas meja dan menoleh ke samping, ke arah Akashi-san. "Tidak ada."

Saat aku mengatakan itu, mataku tidak sengaja berpapasan dengan manik amber milik Kise-kun.

Ahh... benar juga. Kise-kun sudah menjadi kekasih Rika-chan. Pasti model yang satu ini datang untuk mengantar Rika-chan ke kelasnya.

Aku tersenyum dan melambaikan tanganku padanya. Dia pun membalas seraya menyapa, "ohayou, [Name]cchi!"

"Ohayou, [Name]," sapa Rika-chan begitu menyembulkan kepalanya dari balik pintu.

Aku tersenyum kecil. "Ohayou, Rika-chan."

Sobatku yang satu itu memutar badannya dan sedikit berbicara dengan Kise-kun, setelahnya laki-laki itu pergi.

Setelah melempar tasnya di atas meja dan duduk seolah baru saja terbebas akan sesuatu, Rika-chan memutar posisi duduknya menjadi berhadapan denganku.

"Sepertinya sulit, ya?" kataku. "Bagaimana?"

Dia mendesah keras. "Ahh... merepotkan! Ini alasanku ingin back street saja daripada harus go public!"

Aku tertawa renyah. Benar. Menjadi sorotan dan sering dicemooh itu adalah bagian yang paling mengganggu.

Tentu aku sendiri merasakannya belum lama ini.

"Ohayou, [Name]." Maruyama-san datang dan langsung menarik kursinya dekat dengan mejaku, matanya melirik ke arah bunga anggrek di depannya. "Dia masih mengirimkan ini?"

Aku merucutkan mulutku lantas mengangguk. "[Name]-chan... jangan-jangan kau belum sadar siapa yang sebenarnya mengirimkan ini padamu," Maruyama-san menebak.

Eh!? Bagaimana dia tahu? Aku melirik ke arah Maruyama-san, pemuda itu langsung menatapku.

"Ya, itu... karena sejak awal itu hanya kebetulan yang menjadi sebuah kesalahapahaman," kataku, terdengar berlebihan.

Oke, aku memang tidak tengah membait, tapi kata-kataku barusan hanya untuk mengasihani diriku sendiri.

Mengasihani diri sendiri ...? Terdengar menyedihkan, ya?

"Ngomong-ngomong, aku penasaran dengan ini dari dulu," kata Maruyama-san kembali. "... kenapa kau bisa menyukai Kise-kun?"

Ya, pertanyaan yang kesejuta kalinya. Aku sebenarnya juga penasaran kenapa aku menyukainya selain hal-hal sederhana itu.

14 Reasons WhyМесто, где живут истории. Откройте их для себя