Fourteenth Reason

34 3 0
                                    

Walaupun tampak cantik dipandang mata, sayangnya bunga ini termasuk jenis bunga yang memiliki racun tingkat tinggi.

Namun tentunya tetap bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan selama dosis yang diberikan sesuai dengan saran dokter.

Tidak pelak lagi kalau aku memiliki minyak dari bunga oleander ini sebagai salah satu koleksi racun yang kusimpan diam-diam.

Aku menghela nafas pasrah lantas membuka surat yang kudapati hari ini. Barisan tulisan itu terbaca:

【Karena semakin dirawat dengan penuh perhatian, akan tumbuh semakin baik. Apa perasaan itu sudah tumbuh dalam hatimu?】

Perasaan ...? Bagaimana rasa itu ingin tumbuh kalau aku sendiri tidak tahu siapa pengirim bunga ini?

Tapi mungkin—mungkin, ya—sedikit, aku sebenarnya tertarik padanya. Ingin sekali aku mengatakan, "terimakasih" padanya.

Kau tahu 'kan kalau wanita cenderung lebih mudah jatuh cinta dengan sedikit kebaikan yang diberikan?

Setelah aku membohongi diriku, orang lain, bahkan merubah sikapku dari yang tampak begitu tenang menjadi gadis bermulut tajam.

Namun dia tetap mengirimkan ini padaku.

Mungkin tanpa kusadari, sebetulnya dari dulu hati ini sudah berpindah. Entah itu kapan. Kepada seseorang tanpa nama.

Ya, aku menyadarinya setelah sesegukan kemarin karena cinta yang bertepuk sebelah tanganku. Aku bahkan tidak terlalu memikirkan itu saat ini.

Atau... memang sejak awal aku tidak pernah sungguh menyukai Kise-kun.

"[Name]-chan, sebaiknya kau segera menyadarinya, lho."

Aku menoleh ke belakang, mendapati dua sobatku tengah sibuk memilah-milah coklat di dalam paper bag sementara coklat yang kudapatkan hanya kudiamkan begitu saja di atas meja.

Ya. Sekarang tidak ada jam belajar aktif, hanya diisi dengan perayaan hari Valentine.

Banyak siswa keluar masuk kelas lalu memberikan hadiah valentine untuk orang yang mereka suka atau semata-mata hanya untuk ucapan terimakasih.

Aku mendapatnya, cukup banyak tahun ini. Sebagian besar adalah ucapan terimakasih untukku.

Aku tidak tahu pasti bagaimana mereka bisa memberikan itu dan mengatakan kalau aku banyak membantu mereka.

"Yo, [Name]-chan!"

Aku menoleh ke arah pintu, kudapati Maruyama-san menyembulkan kepalanya dari sana.

"Bagaimana coklatnya? Kau dapat banyak?" katanya kembali.

"Tahun ini... kurasa begitu."

Maruyama-san tertawa, dia mengeluarkan sesuatu dalam paper bag miliknya dan menyodorkannya padaku. "Ini untukmu, terimakasih untuk semuanya, ya?"

"Memangnya apa yang sudah kuberikan padamu selama ini?" Aku bertanya polos.

"Itu... banyak hal. Mungkin kalau bukan termotivasi karena dirimu, aku tidak akan sampai seperti ini," jelasnya. Aku sedikit terkejut.

Betapa hebatnya diriku dimata orang lain, sementara aku melihat diriku begitu mebyedihkan.

Sambil tersenyum, aku menerima coklat itu dan berkata, "arigatou, Maruyama-san."

"Iie. Ohh... dia belum datang?"

"Eh ...?"

"Sogo-kun, jangan-jangan kau sudah tahu!?" ujar Momoi-chan, terkejut.

14 Reasons WhyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang