Eighth Reasons

73 5 0
                                    

Anaphalis javanica atau yang lebih dikenal secara populer sebagai bunga edelweiss.

tumbuhan endemik zona alpina atau montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia.

merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus.

Itu informasi yang kudapat setelah memotretnya dan secara otomatis, google memprosesnya dan mencarinya.

Singkatnya, penelusuran gambar.

Lalu yang membuatku heran adalah... kenapa bunga ini bisa sampai di Jepang?

Maksudku... hei! Ini bunga yang langsung dikirim dari Indonesia, bunga langka dan nyaris punah. Diterbangkan lewat pesawat, begitu?

Itu hampir... tidak bisa kupercaya. Kalau itu hanya buatan dari plastik aku tidak heran, tapi ini sungguh asli dan terlihat masih segar seolah baru saja percabangannya di potong.

Aku membuang nafasku, membuang segala pikiran yang hampir tidak masuk akal ini.

Lantas kubuka surat beramplop putih dengan secarik potongan kertas vintage di dalamnya. Di sana tertulis:

Karena cinta sejati membutuhkan pengorbanan, hal ini tak sepadan daripada nilai dalam dirimu

Eh? Kenapa kalimat itu seolah menjawab rasa penasaranku, ya?

Maksudnya, orang ini rela mengorbankan waktu dan uangnya demi mendapatkan bunga ini lalu menunjukkan seberapa tulus cintanya?

Astaga, aku nyaris tidak bisa berpikir! Ini benar-benar hampir terdengar gila, tapi sungguh terjadi!

Aku menutup rasa keterkejutanku dengan menghela pendek melalui mulutku, memasukkan surat tanpa nama itu lantas menarik tas dan menggenggam bunga itu.

Ini sudah waktunya latihan. Bagi siswa dan siswi yang berkepentingan mengisi acara utama—pementasan teater—untuk perayaan hari kasih sayang nanti, diberikan dispensasi.

Untungnya, latihan melelahkan ini tidak dimulai dari pagi. Toh, pagi ini saja aku harus datang lebih awal untuk menemani Tetsuya latihan.

Selanjutnya, selama empat jam pelajaran, aku masih bisa hadir. Sisanya aku harus mulai latihan teater.

Sekarang pukul satu siang, sebelum memulai latihan, aku menghabiskan makan siangku dulu dengan Rika-chan dan Maruyama-san.

Lalu tak jauh di depanku, Akashi-san datang dengan Kise-kun di sampingnya.

Begitu kedua orang itu sampai pada mejaku, aku bertanya, "Akashi-san, dispensasi juga?"

"Ya, tugas mengawas dan meminta laporan kegiatan kemarin."

Aku hanya ber-oh-ria. Jadi semua yang menghandle kegiatannya itu OSIS? Lama-lama pekerjaan mereka jadi sungguh berat, ya? Tapi terlihat menyenangkan.

Bayangkan saja, membuat segala macam acara dan memeriahkan sekolah dengan daftar kegiatan sekolah yang mereka buat.

"Kalau tidak salah, keputusan juga ada di tangan OSIS, 'kan, Akashi-kun?" tanya Maruyama-san setelah menghabiskan yakisoba dalam mulutnya.

Aku melirik Akashi-san yang baru saja membuka bekalnya. Laki-laki itu menjawab, "begitulah."

Aku yang tidak mengerti pun bertanya, "maksudnya apa, Maruyama-san?"

Sambil tersenyum, dia menjelaskan, "kalau setiap stan dari ekskul tidak melaksanakan tugasnya sesuai rencana, pilihan mereka adalah dibubarkannya stan mereka atau OSIS yang akan mengambil alihnya."

14 Reasons WhyWhere stories live. Discover now