Sixth Reasons

191 30 5
                                    

Aku menghela singkat sambil melepaskan pantofel coklat milikku. Kuangkat benda terkait seraya membuka lokerku.

Baru saja pintu itu terbuka sempurna, sesuatu terjatuh dan menjuntai pun jelas itu menempel pada daun pintu loker sepatu di depanku.

Begitu aku memasukkan pantofelku dan menggantinya dengan uwabaki, aku meraih amplop bernuansa [favourite colour] yang terikat tali dan terhubung dengan buket bunga berukuran sedang yang menempel di balik pintu lokerku.

Buket bunga dengan karangan mawar, melati, bunga baby's breath, dan bunga daisy yang dibungkus dengan kain [favourite color] dan diikat dengan tali.

Aroma bunganya harum dan ketika kusentuh buket bunganya, bahan untuk membungkusnya terasa halus dan terlihat berkilauan. Apa ini kain sutra?

Aku melepaskan buket itu dari lokerku lantas menutupnya. Aku melangkah memasuki ruang kelasku seraya membuka amplop itu.

Di atas kertas vintage itu tertulis:

Karena untukmu, kuberikan seluruh hatiku padamu

Aku tersenyum begitu membaca tulisan yang begitu singkat. Namun sangat manis itu.

Walaupun terasa mengerikan, tapi orang ini berhasil membuatku penasaran dengan sosoknya.

Akan tetapi, aku tetap berharap ini semua berasal dari orang yang kusuka. Kise Ryota-kun.

Kise-kun sebenarnya memang orang yang manis, pun sangat baik dan perhatian.

Membuat hal-hal seperti ini pun itu mungkin saja, 'kan? Ingat! Don't judge a book by the cover, right?

Mungkin Kise-kun cerewet dan sangat berisik, merepotkan dan banyak maunya, tapi mungkin saja dari semua sisi itu, ada sisi manis dalam dirinya.

Lagi pula, aku bukan orang yang menilai orang dalam sekali pandang yang bilamana aku menilai orang itu buruk, maka akan kuanggap semua yang dilakukannya buruk. Bukan. Aku bukan orang yang seperti itu.

Walaupun kesan pertama itu memang penting, tapi misalnya kalau kesan pertama yang kubuat bagus sementara diriku yang sesungguhnya amat busuk, bukankah itu jauh lebih dari kata rendahan?

"[Name]-chan! Kau harus lihat ini!"

Aku yang tengah melamun, tetiba ditarik oleh Rika-chan yang tampak terburu-buru.

Begitu sampai di dalam kelas, aku melihat mejaku terdapat sebuah buket bunga yang lain... dengan sebuah amplop berwarna [favourite colour].

"Ini... karangan bunga dari siapa?"

Rika-chan menggeleng. "Kupikir dari orang yang sama."

Kuletakkan tas jinjingku di samping meja dan aku duduk setelah menggeser kursiku.

Aku letakkan buket bunga berukuran sedang itu di atas mejaku serta merta dengan surat yang dibawanya.

"Tunggu—! Jangan bilang... ini...."

Suara Rika-chan menghilang ketika aku menggangguk. "Ya, kukira yang tertempel di lokerku dari orang yang sama."

"Dan lagi, keduanya sama-sama karangan dan sama-sama terdapat sebuah amplop dengan warna yang sama juga."

Setelah menghela singkat, kuputuskan untuk membuka surat terkait. Di sana tertulis:

Dalam termangu, aku selalu melihatmu dan memikirkanmu

Apa-apaan ini? Kenapa sekarang ada dua buket bunga? Satu-satunya hal yang kudapat bahwa kedua surat ini sedikit berbeda.

Buket berukuran sedang yang sederhana, menggunakan amplop dengan tekstur dan kertas yang sama seperti yang kudapat. Tulisannya pun terlihat rapih seperti sebuah typography.

14 Reasons WhyOnde histórias criam vida. Descubra agora