IGBM 3

4.3K 335 21
                                    

Syqa mondar-mandir di dapur rumahnya. Ia menggigiti jarinya sendiri. Nena hanya menunduk merasa tak enak pada anak sulungnya itu.
"Ini apa-apaan sih mah? Itu siapa?" ucap Syqa dengan nyaris tanpa suafa karna takut terdengar oleh tamunya. Bukan Ia tak suka di jodohkan dengan pria setampan Alvin tapi bukankah harusnya ada satu orang saja yang mengatakan padanya.

"Ibu Evelyn itu temen terapinya Bude Kar. Ya memang sih kemarin bude bilang mau ngenalin kamu sama anaknya Ibu Evelyn tapi ngga bilang ke mama kalau langsung seperti ini" ucap Nena yang bahkan masih terlihat muda di umurnya yang menginjak 43 tahun itu.

"Mah... Liat kan mamanya Freak banget kaya tadi." saut Syqa yang langsung mendapat pukulan di lengannya.
"Kamu nih kalau ngomong. Dia calon mertua kamu ya" ucap Nena
"Hoho.. Nyonya aku belum bilang setuju" rajuk Syqa
"Kamu mau cari yang kaya apa sih? Alvin tuh udah Tampan, mapan dia juga pintar. Lulusan S3 Oxford University. Universitas yang pernah Nolak kamu" ucap Nena. Syqa menatap Ibunya tak percaya.
"Isshh.. Tidak usah di ingatkan! Aku masih 23 mah.." rengek Syqa
"Ngga mau tau.. Pokoknya kalau Alvin bersedia menikah sama kamu. Kamu harus terima! Cuma kamu loh yang belum nikah di keluarga kita" ucap Nena
"Oh.. jangan lupakan Mas Adit yang juga belum menikah! Lagi bude kar bukannya cari jodoh buat anaknya tuh sih mas Adit malah ribet cariin aku." protes Syqa
"Udah... Sana ganti baju. Kamu jelek banget tau ngga. Dekel gitu malu-maluin" ucap Nena lagi.
"Biar..! Biarin. Biar mereka Ilfeel terus pulang karna liat orang yang mau di jodohinya jelek,dekil,gendut lagi" ucap Syqa. Nena kembali memukul lengan Syqa.
"Ih anak ini. Bukannya bersyukur, mama akan sujud syukur kalau Alvin mau sama kamu" ucap Nena.
"Oh.. Tolong.. Mama ngomong seakan-akan aku tuh ngga laku" balas Syqa yang kini bertolak pinggang.
"Kalau laku kamu sudah menikah! Cepat ganti baju,mama mau keluar lagi" ucap Nena dan meninggalkan Syqa. Syqa membanting-banting kakinya kesal, Ia sungguh ingin sekali menangis.
"Itu ibu kandung apa Ibu tiri sih! Ngeselin tau ngga!" ucap Syqa yang hampir menangis.
Namun Syqa tetaplah Syqa, Ia menuruti kemauan Ibunya untuk merapikan dirinya sendiri. Yah,benar juga penampilannya sungguh sangat jauh dari kata baik untuk kesan pertama. Rambut yang berantakan, peluh yang membasahi keningnya, wajah kusam dan kemeja putih yang kusut. Di bandingkan dengan seseorang yang akan menemui seorang pria Syqa justru terlihat seperti SPG MLM yang sudah mutar-mutar seharian mencari pelanggan namun tak kunjung dapat. Syqa mendesah kesal di depan kacanya. Ibunya benar-benar menghancurkan mimpinya. Mimpi ingin bertemu calon prianya dengan keadaan paling cantik dan membuat pria itu terkagum-kagum lalu mengejarnya,yang ada pria itu pasti akan berlari karna muak melihatnya. Syqa semakin kesal saat mengingat sosok Alvin yang sangat amat tampan juga berwibawa. Ia menggelengkan kepalanya kesal.
"Habis sudah mimpi mu habis.. Membuat pria kagum pada mu? Hah? Setelah ini Ia pasti menolak ku!" ucap Syqa lagi. Ini sungguh bukan karna Ia ingin Alvin. Paling engga walaupun Ia gendut dan tak cantik Ia tak mau jadi sosok yang di tolak. Ini tentang harga diri. Harga diri!
***
Syqa sudah berganti pakaian,begitupun dengan Nena dan Syfa satu-satunya adik Syqa. Syfa berbisik pada Syqa.
"Mba, kok Syfa gak tau sih kamu mau di jodohin?". Syqa mendesis Ia masih kesal namun mencoba tak menampakan wajah kesalnya.
"Jangankan lu gua aja ngga tau." saut Syqa.
Mereka semua sudah berada di luar rumah. Evelyn sudah terlihat akrah dengan tetangga-tetangga Syqa bahkan Ia tak segan-segan mengatakan bahwa Ia adalah calon mertua Syqa. Syqa sungguh merasa malu menjadi sorotan para tetangganya. Bagaimana tidak dirinya hanya gadis desa lalu kedatangan tamu-tamu supermewah dari kota yang berparas bag artis. Bahkan seseorang yang di sebut sebagai assitant pribadi Alvin jauh lebih tampan dari pria paling tampan yang ada di desanya itu. Di bandingkan memperhatikan Alvin,Syqa justru lebih tertarik memperhatikan Dev si assistant yang benar-benar terus berada di samping Alvin.

"Ayo kita pergi, Alvin kamu bawa mobil mu sendiri ya" ucap Evelyn
"Loh? Kan ada Dev." protes Alvin
"Udah deh,biar kamu berdua sama Syqa. Ngga usah protes" ucap Evelyn galak
"Mi.. Tapi aku baru banget balik dari UK dan langsung.."
"Jangan ngebantah.. Dev cepat kasih kuncinya pada Alvin.. Syqa sayang kamu sama Alvin ya" ucap Evelyn dan mengusap pipi Syqa dengan lembut. Syqa hanya berusaha untuk tetap tersenyum. Ya paling engga Ia ingin menghormati tamu budeh dan Ibunya itu.
Alvin mendesah tak suka. Ia sungguh merasa lelah saat ini dan di paksa untuk ikut keluar kota,di jodohkan dan sekarang di paksa untuk mengandarai mobil sendiri.
***
Alvin dan Syqa sudah berada di dalam mobil mereka. Mereka berada diurutan paling akhir di antar dua mobil lainnya. Sepanjang perjalanan tak ada satupun dari mereka yang membuka mulut. Alvin hanya terus mendesah dan sesekali memijat kepalanya. Ia lelah, sungguh lelah mengikuti semua kemauan maminya itu. Syqa tentu merasa tak enak dengan keadaan seperti ini. Memangnya Ia yang memaksa untuk pergi. Kenapa Ia jadi merasa bahwa dirinya yang salah. Syqa dengan takut-takut menoleh ke arah Alvin. Mau tak mau Syqa harus menelan salivanya sendiri. Dari samping saja Alvin benar-benar terlihat luar biasa. Ia menggelengkan kepalanya sendiri. Ia tak mau memikirkan macam-macam apa lagi sampai berharap Ia yakin setelah Ini Alvin akan menolaknya. Lihat saja sekarang Alvin terlihat begitu terpaksa.
Syqa terperanjat ketika Alvin menekan klakson cukup kencang dan meminggirkan mobilnya. Syqa memegang sabuk pengamannya kuat-kuat.
"Bisa bawa motor ngga sih" ucap Alvin kesal dengan seorang pengemudi yang menyetir sembarangan tadi. Alvin menoleh ke arah Syqa.
"Are you oke?" tanya Alvin. Syqa yang masih kaget pun hanya mengangguk. Alvin pun kembali mengemudi. Ia tertinggal oleh orang-orang di depannya yang lagi-lagi harus membuatnya mendesah.
"Apa kau tau jalannya? Kita tertinggal" ucap Alvin dan menoleh ke arah Syqa. Syqa yang masih merasa shock tak menjawab ucapan Alvin.
"Syqa..halo. Are you here? Can you hear me?" ucap Alvin yang sungguh tak sabar lagi.
"Ohh.. Kenapa?" ucap Syqa. Alvin menghela napasnya. Sungguh ujian sekali baginya hari ini.
"I ask you. Where we must to go?" ucap Alvin.
"Ohh... Lurus aja. Nanti belok kiri" ucap Syqa lagi. Alvin pun mempercepat laju mobilnya. Ia memijit kepalanya lagi. Syqa kembali memperhatikan Alvin.
"Eh..eh kita harusnya belok.." ucap Syqa kepada Alvin yang melewati belokan yang Syqa masuk. Alvin memelankan laju mobilnya.
"Belok kemana?" tanya Alvin.
"Tadi belok di sana harusnya" ucap Syqa. Alvin menghela napasnya lagi dan lagi.
"Kamu bilang kiri. Itu kanan" ucap Alvin. Syqa sungguh ingin mengutuk dirinya sendiri.
"Euhm..sorry" ucap Syqa tak Enak dan tanpa mengatakan apapun Alvin pun memutar balikan mobilnya. Syqa tak berani mengatakan apapun lagi. Ia sungguh ingin memukuli kepalanya sendiri. Memalukan, membedakan kanan dan kiri saja tak bisa. Alvin mengetuk-ngetuk kepalanya sendiri.
"Euhm mau gantian nyetir ngga?" tanya Syqa. Alvin menoleh ke arah Syqa.
" have license?" tanya Alvin. Syqa menggelengkan kepalanya.
"I'm not ready to die" ucap Alvin Jutek dan kembali fokus menyetir.
"Gua bisa nyetir kok.. Beneran. Cuma ya emang gak punya sim" ucap Syqa dan mengerucutkan bibirnya.
"Udah tunjukin aja arahnya" ucap Alvin lagi. Syqa pun tak memprotes lagi. Suka-suka Alvin sajalah mau apa. Niat Syqa hanya ingin membantu. Jika Alvin tak mau ya sudah bukan urusannya. Namun lagi-lagi Syqa melihat Alvin memijit pelipisnya.

Its Gonna Be MeWhere stories live. Discover now