IGBM 64

1.3K 148 34
                                    

Satu tamparan mendarat sempurna pada pipi Alvin. Alvin memejamkan matanya sendiri, Ia memang pantas mendapatkan ini.

"Terimakasih sudah mencoreng wajah mami Alvin" ucap Evelyn.

"Bu.." ucap Nena mencoba untuk menengahi pertengkaran antara Evelyn dan Alvin.

"Apa kamu begitu mencintai Vanesha? Kalau begitu kenapa kamu tidak menikahinya? Kenapa kamu harus mempermainkan perasaan wanita lain?" tanya Evelyn. Nena merangkul Evelyn.

"Bu.. Ini bukan hanya salah Alvin. Ini keputusan Alvin dan Syqa juga. Syqa yang membatalkan acara ini." ucap Nena.

"Sudah Alvin. Kamu masuk ke kamar mu. Biar mama yang menenangkan mami mu" ucap Nena.

"Mami belum pernah semalu ini dan sekecewa ini Alvin. Sekali lagi Terimakasih. Semoga kamu bisa bahagia dengan keputusan mu. Mulai sekarang mami tidak akan lagi mencampuri kehidupan mu. Maafkan mami yang sudah mengacaukan hidup mu." ucap Evelyn dan meninggalkan Alvin.

"Mami.." ucap Alvin dan akan menyusul Evelyn. Namun Daniel menahannya. Alvin melepaskan tangan Daniel di dadanya. Daniel masih terus menahan Alvin.

"Aku harus bicara dengan mami" ucap Alvin. Daniel menggeleng.

"Tidak perlu, pergilah." ucap Daniel.

"Kamu ngga usah ikut campur."

"Aku perlu ikut campur. Karna dia mami ku. Pergilah, bukannya ini yang koko mau? Hidup sendiri tanpa ada yang bisa ganggu. Selamat kaka bisa dapatkan itu sekarang." ucap Daniel

"Apa menurut mu aku kerja untuk diri ku sendiri? Kamu pikir hidup enak mu itu dari mana?"

Daniel tersenyum kecut.
"Ya.. Terimakasih. Kami sangat berterimakasih. Karna memiliki seorang kaka yang sangat peduli dengan kami. Yang bahkan menomor sekiankan keluarga nya. Sampai kemarin aku masih begitu mengaggumi koko, tapi sekarang? Sama seperti koko yang menganggap kami tidak penting. Aku akan melakukannya." ucap Daniel dan meninggalkan Alvin.

Alvin menoleh menatap Nena, Ia tau Nena juga kecewa padanya meskipun tak di utarakan.

"Kamu butuh istirahat" ucap Nena
"Mah..maafkan aku." ucap Alvin. Nena mengangguk.
"Ini bukan salah mu. Ini pernikahan kalian. Memang kalian lah yang harus menentukan" ucap Nena. Alvin sungguh tak tau harus mengatakan apa-apa lagi.

"Tapi Alvin.. Jika mama boleh minta pada mu. Lepaskan saja Syqa."

"Mah..? Aku.."

Nena mengangguk.
"Mama tau.. Kamu terpaksa menikahi Syqa. Kamu harus bahagia Alvin dan Syqa pun harus seperti itu. Mama dan mami mu lah yang salah karna memaksakan ini di antara kalian. Maafkan mama yang berharap terlalu tinggi pada mu. Lepaskan Syqa Alvin. Karna seperti kamu yang ingin bahagia, anak mama juga harus bahagia" ucap Nena. Nena cepat-cepat menghapus air matanya.

"Mamah tidak bisa membahagiakan Syqa. Jika kamu juga tidak bisa maka lepaskan saja dia. Mama mohon pada mu Alvin. Ah.. Tante..tante mohon pada mu" ucap Nena dan berusaha untuk tersenyum.

"Mah.. Aku mencintai Syqa. Aku hanya tidak bisa menikah di saat teman-teman ku membutuhkan aku. Aku banyak berhutang budi pada Dev. Aku harus menjaga Vanesha untuk nya. Mah, mengertilah. Aku sungguh mencintai Syqa" ucap Alvin.

"Istirahat Alvin," ucap Nena

"Aku antar mama pulang" ucap Alvin. Nena menggeleng.

"Kamu butuh istirahat. Biar saya naik taxi" ucap Nena dan ikut meninggalkan Alvin. 

***
Syqa merebahkan kepalanya di atas meja. Ia sudah menghabiskan setidaknya 10 gelas es teh tawar. Matanya menatap ke arah jendela yang masih basah karna hujan. Ia tak meneteskan satu tetes air mata pun meskipun hatinya terasa begitu sakit. Ia menyentuh jendela tersebut membuat Nama Alvin dari embun yang ada pada kaca tersebut. Hatinya terasa begitu sakit dan sesak. Syqa memejamkan matanya. Sebuah tangan menyentuh kepalanya, mengusap kepalanya dengan lembut. Syqa tau itu hanya khayalannya. Ia membayangkan bahwa saja bukan Dev yang koma, mungkin saat ini Dev akan menghiburnya.  Tidak, bahkan kalau Dev tak koma Ia tak harus membatalkan acara pernikahannya besok. Syqa tak mau membuka matanya, Ia mencoba untuk terlelap. Ia butuh banyak tenaga untuk menghadapi kenyataan esok hari. Kenyataan bahwa semua yang Ia impinkan akan hancur begitu saja. Segala hal yang sudah Ia siapkan akan menjadi sia-sia. Hatinya begitu sakit, dan semakin sakit ketika Ia tak dapat meneteskan satu air mata pun. Kepalanya di penuhi tentang Alvin.
Dimanakah Alvin saat ini? Apa Alvin mencarinya? Mengkhawatirkannya? Atau saat ini Alvin sedang menjaga Vanesha? Tapi bukankah itu yang Ia inginkan, Ia ingin Alvin menguatkan Vanesha saat ini. Karna mungkin saja jika hal itu terjadi padanya pun, vanesha akan membiarkan Dev menguatkannya.

Its Gonna Be MeWhere stories live. Discover now