IGBM 60

1.6K 148 23
                                    

Syqa berlari secepat yang Ia mampu, Ia tak ingin terlambat. Ia takut jika Ia terlambat satu menit saja orang yang akan di temuinya sudah tak berada lagi di sana. Dengan napas tersenggal-senggal Ia memasuki sebuah cafe mencari-cari sesosok pria tampan yang jujur saja mengganggu ketenangan dalam mengurusi persiapan pernikahannya.
Syqa menemukan pria itu, pria yang tak lain adalah calon adik iparnya sendiri. Bryan terlihat lebih gondrong, namun justru semakin membuat dirinya terlihat tampan. Pria itu tersenyum lebar ketika melihat syqa datang.

"Bryan.." ucap Syqa dengan napas yang masih tersenggal-senggal. Bryan tersenyum dengan cerianya.

"Hai...syqa. I miss you soo" ucap Bryan dan memeluk syqa seakan tak ada sesuatu yang terjadi. Bagaimana mungkin bryan bisa seringan itu mengatakan rindu ketika semua orang sibuk mencarinya. Atau mungkin hanya Syqa yang mencarinya. Syqa membiarkan bryan memeluknya, namun sesudah itu syqa mendorong Bryan dan memukuli Bryan.

"Lu gila ya.. Lu ilang kemana sih. Sebulan loh.. Ngga pernah telfon gua sekali pun. Gua khawatir tau ngga" omel Syqa dengan nada suara yang hampir menangis.
Bryan semakin tersenyum lebar,
"Yaudah duduk..duduk. Gua ceritain" ucap Bryan. Syqa pun duduk dengan wajah menuntut penjelasan.

"Ya ampun galak banget mukanya bu, udah kaya calon suami lu yang ilang aja. Pesen minum dulu gih" ucap Bryan

"Udah,cepet cerita!" ucap Syqa.

"Gua sibuk di new york" ucap Bryan

"Ngga bisa kasih kabar gitu?" tanya Syqa galak. Bryan menggeleng.

"Kenapa?"

"Karna gua nyaris mati di sana" ledek Bryan.

"Ngga lucu tau ngga!" omel Syqa
Bryan tertawa lagi, Ia mengusap wajahnya kasar.

"Ya Tuhan, bisa ngga sih. Lu jadi istri gua aja, ngga usah istri nya Alvin" saut Bryan

"Bryan!"

"Im broke up" ucap Bryan
"Why?"
"Should i? Bukannya kamu udah tau sebelum aku?" tanya Bryan dan mengambil minumnya, terlihat betapa banyak Bryan mencoba baik-baik saja rasa sakit itu masih terlihat. Raut wajah syqa pun berubah.

"Apa itu benar?" tanya syqa. Bryan mengangguk.
"Sudah hampir satu tahun" ucap Bryan
"How can it?"
Bryan mengedikan bahunya.

"Kamu ngga coba buat pertahanin?" tanya Syqa. Brya tertawa kecil dan mengangguk.

"Sudah, tapi mereka sudah akan menikah. Chika bilang kalau gua cinta sama dia, gua harus biarin dia bahagia" ucap Bryan.
Syqa menatap pilu pada Bryan, Ia tak tau bagaimana rasanya di khianati, meskipun kadang Ia merasa sedang di khianati di depan matanya.

Brya tersenyum lagi, ia menyeka tulang hidungnya. Ia tak ingin air matanya kembali jatuh.

"Gua patah hati syqa .. Sakit loh" ucap Bryan yang masih mencoba tersenyum namun pada akhirnya Ia menundukan kepalanya. Syqa berpindah duduk di samping Bryan. Ia mengusap punggung Bryan dan meskipun di tahan tangisan Bryan tetap lolos. Tubuhnya bergetar.

"Kak.."

"Kenapa? Kenapa harus pria itu? Kenapa bukan gua? Kita udah 12 tahun syqa, 12 tahun. Apa benar-benar ngga artinya perjalanan kita dan kalah sama 12 bulan? Gua bener-bener belum bisa ngerti" ucap Bryan. Syqa memeluk Bryan menempelkan kepalanya pada lengan Bryan. Syqa tak dapat mengatakan apapun.

"Kenapa bukan gua syqa? Kenapa?" ucap Bryan dan terisak.

"Ngelepasin dia agar dia bahagia? Kenapa gua harus peduli kebahagian dia kalau dia ngga peduli kebahagian gua?" tanya Bryan lagi.

Its Gonna Be MeWhere stories live. Discover now