Ini seperti digaris haluan.
Ingin membuang bekal dibelakang saat ini juga. Seperti membius memberi ketenangan namun siksaan.
Jatuh bersamaan kenanga senja kala itu.
Seharusnya tidak seperti ini. Aku seolah melangkahi manusia hidup-hidup tanpa moral saja. Tanpa pernah memikirkan titik kalkulasi hukum alam. Tanpa pernah memikirkan sinkrontabilitas alam bawah sadar yang meringkup menipuk dengan keras dibelakang nista.
Jatuh bersamaan kenanga senja kala itu.
Sinfoni berubah muram. Putih berubah biru. Lini ini itu membaur jadi satu. Ini seolah melihat zenith. Melainkan sebaliknya dari itu semua. Senja kali itu pula menutup putih abu-abunya keruam singhasana raga. Hujan kembali merajamku dengan mesranya.
Seketika itu, aku luluh bersama derasnya hujan senja kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
JALANG
PoetrySebuah Karya sastra yang epik dibalut dengan berbagai diksi dalam sebuah Antologi Puisi dan cerpen.