ARUMI

67 2 0
                                    

Pagi itu tak seperti biasanya cahaya yang hangat tak lagi menyentuh kulitnya dengan lembut, semuanya membeku seketika. Sembari dengan bergugurnya daun-daun dibalik jendela kamarnya. Selimut putih masih menutupi tubuhnya. Tubuhnya masih terkulai lemah tak berdaya. Buku-bukunya berserakan, semua benda dikamarnya berceceran. Tepat dimalam yang sudah hilang dalam heningnya, dia berteriak sekencang-kencangnya. Membanting daun pintu kamarnya keras-keras. Melempar semua benda yang berjajar rapi diatas meja. Semalam adalah saksi kebutaannya, saksi semua rasa terpukulnya, saksi rasa sakit yang teramat perih menusuk hatinya. Hidupnya seolah berantakan kala itu. Sebelumnya, dia menerima surat dan kotak kecil dengan warna ungu dan ikat pita emas, yang tiba-tiba saja datang ke alamat rumahnya. Disana jelas tertulis nama yang dikasihinya. Bram (kekasihmu). Dia perlahan membaca kata perkata dengan senyum bahagia diwajahnya. Namun, ada percak darah tertinggal disurat itu. Jantungnya berdegub tak menentu. Bukan pelan lagi, tapi dengan mata yang mengejar huruf demi huruf untuk kata dan kalimat selanjutnya.

Arumi Kekasihku,..

Terimakasih untuk waktumu yang sangat indah bersamaku. Kau bukan hanya bungaku. Kau sudah menjadi belahan jiwaku, kau dan aku ada dalam waktu yang sama, tidak ada sekat penghalang, tidak ada batasan ruang. Kita adalah satu.

Sayang, aku ingin selalu memegang lembut tanganmu, kudekap kau dengan hangatku,, kumanja kau dengan kasihku. Semuanya sayang... apapun itu aku lakukan yang terbaik buatmu.

Kau perempuan terbaik ku. Bahkan akan aku bawa namamu dengan abaadi disini. Dihatiku.

Kau tau perempuanku? Bagaimana sunyinya hariku tanpa sapaan mu tiap pagi, yang selalu berisik handphone ku berbunyi membangunkanku. Bagaimana aku tidak meriindukan mu, di kontrakan yang sederhana itu kau selalu kirimkan makanan kesukaanku. Apa-apa tentangmu aku suka, dan begitu pula sebaliknya sayang. Kau ingat janji kita berdua, kita akan selalu ada dimasa yang walaupun kita terpisah, kau dan aku satu. Biar sekalipun ragaku tak ada, kau selalu bersemayam disini.

Kau ingat itu, janji kita berdua. Dikolam belakang rumahmu?

Sayang, beberapa hari yang lalu sudah aku rencanakan untuk segera meminangmu. Sudah ku telpon ayah-ibuku di desa. Aku ceritakan bahwa aku jatuh hati dengan perempuan bernama Arumi. Mintalah dia sebagai calon istriku. Disana mereka akan segera mempersiapkan hari dimana aku dan kedua orang tuaku memintamu. Sudah aku bayangkan pakaian terbaikku. Sudah aku rencanakan permata cantik untuk calon istriku. Sudah aku bayangkan rumah sederhana kita berdua.

Tapi, ada satu hal yang membuat semua itu pudar sayang. Aku sangat mencintaimu. Melebihi yang engkau tau. Sayang aku sangat minta maaf yang sedalam-dalamnya. Aku tidak bisa lagi menepati janji itu. Aku harus melipat cerita ini dengan rapi. Aku akan meletakkannya disebuah kotak kayu. Aku harus menyimpan ini dengan baik.

Aku harus pergi Arumi kekasihku. Dengan berat hati aku mengatakan ini. Aku hanya berpamitan, dan melepasmu baik-baik. Jangan sakit hati sayang. Kau akan selalu dihatiku, tepat dimana orangn-orang melupakan aku, aku akan selalu ada dimana-mana. Terimakasih untuk cintamu yang membuat hari-hariku penuh dengan cerita indah.

Aku sangat mencintaimu Arumi...

Selamat tinggal sayangku....

Kekasihmu Bram.

###

Siang itu dikolong jembatan, sepasang kekasih beradu mulut dan saling cercah satu sama lain. Perempuan itu terlihat menahan perih diwajahnya karena tamparan keras dari lelaki yang sedang berada dihadapannya. Tangisnya tak terbendung ia berteriak kesakitan. Namun dari jauh, ada seorang lelaki yang mengamati pertengkaran itu dan melihat pukulan keras yang melayang begitu saja diwajah perempuan itu. Dia mendekati, berlari mendekat ke arah perempuan itu. Dan menantangnya lelaki yang memukulnya, agar pergi dari hadapannya sekarang juga.

JALANGWhere stories live. Discover now