LARASATI

193 3 0
                                    

Mungin kali ini dunia sedang murka terhadap karmanya ada. Bukan sekali dua kali bahkan beribu kali ia menghancurkan dirinya menjadi berjuta-juta abad dari masa Socrates dan para manusia purba hingga sekarang terbentuknya manusia-manusia robot.

Tidak bisa disalah artikan syarat arti sebuah metamorphosis sebuah kisah jadul yang berelegi melayu. Wanita dijajah pria hingga sampai saat ini wanita yang menjajah pria. Bahkan, jika berfikir lebih dalam lagi, untuk mengucapkan kata yang tak masuk akal saat ini sudah sangat benar. Para manusia dan tokoh-tokoh besar membenarkannya. Lantas apa bedanya berbicara dengan orang-orang yang berada di ruang isolasi rumah sakit jiwa, hanya saja ia tidak bisa mengendalikan dirinya saja. Namun, dalam peranan sikap dan gaya tidak ada bedanya dengan manusia kebanyakan.

Ketika ronggah kejora yang bersinar di dini hari yang tak sama seperti hari-hari yang lalu. Namun, manusia masih mengindahkan kisah kasih yang juga syarat tentang keduniawian. Hidup di dunia bagaimana tak menikmati isi dunia? Sementara sang bijak mengujar diujung-ujung plot cerita bahwa dunia tak akan kekal jika untuk dikejar. Sudah tahu pasti. Manusia mana yang tak tahu itu, manusia dengan IQ 2 atau dibawah rata-rata dia tahu kalau dirinya akan musnah.

Disela sebuah narasi semua bahkan satuan manusia menamai dirinya tak lagi bisa bernafas tanpa cinta. Beberapa keping diantara jejak para petuah, hanya segelintir manusia yang memaku dirinya atas jiwa tanpa agama, tanpa tuhan sekalipun. Tak mempercayai sang pencipta dan para pecinta. Mereka hancur dan larut dalam kisah yang ia buat sendiri. Yang ia tafsirkan sendiri atas logika yang ia miliki, mempelajari alam yang sedang ia alami saat ini hingga nanti.

Diwaktu dua pasang beradu kasih di rimbunan altar yang menurutnya suci, ia menafsirkan bahwa mereka akan terpisah setelah rasa bosan bersarang didalam hati dan jiwanya. Berganti ganti pasangan sana sini, menncoba coba ini itu yang menurutnya pas. Dari kisah yang demikian ia tak lagi bisa memaknakan dirinya benar-benar tunduk dan patuh dengan hal-hal yang sudah dianggapnya klasik dan mudah sekali ditebak.

Bertubi tubi ia melihat dua pasang kekasih dengan mata kepalanya sendiri. Sang lelaki yang bergonta ganti pasangan, dibawahnya pulang ke sebuah rumah yang ia tinggali dengan lelaki itu. Lelaki itu ayahnya, dengan mudah memperkenalkan diri, perempuan yang kecentilan itu meraih tangan kecilnya. Dengan senyumnya manis nan hambar. Di lingkarkannya kedua tangan di pingggang sang perempuan dengan kedua tangan. Perempuan kecil itu hanya duduk dan mengamati apa yang ada dihadapannya saat ini. Ketakwajaran ini sering ia alami sejak ia tahu rasa cemburu dan iri dalam hatinya. Sejak ia mulai bisa mengejah peristiwa yang selalu nampak jelas disekelilingnya. Larasanti. Perempuan kecil ini terlahir tanpa maksud. Dari sebuah pernikahan yang diawali dengan cinta dan hawa nafsu. Dia terbentuk didalam rahim seorang ibu yang belum ada kesiapan menerima janin kecil yang tumbuh di perutnya.

Tuhan mengisyaratkan sesuatu yang tak lain manusia yang akan memaknainya, akan tetapi cacian demi cacian itu terus terucap begitu saja tanpa logika sehatnya. Bisa dikatakan pernikahan yang mereka jalin selama 2 tahun terakhir ini hambar tanpa cinta dan mencintai. Suami yang memang ia percayai menjaganya, membagi beberapa keping rasa birahinya kepada wanita-wanita lain. Janin yang ada diperutnya tak diharapkan dengan ketulusannya. Ada rasa sayang, ada rasa benci sebenci-bencinya. Namun ia bertahan untuk membiarakannya besar begitu saja selama 9 bulan.

Larasati terlahir begitu saja tanpa ada seorang ayah yang mengumandangkan adzan ditelinga kanannya. Orok merah itu menangis dengan suara melengking, dibalut kain handuk putih disamping ibunya. Tetes airmata itu begitu saja keluar. Seolah ingin ia menginjaknya, seolah ia ingin menciuminya. "Matanya sungguh mirip ayahnya." Ia membuang arah dan membelakangi bayi kecilnya. Ia menangis sejadi-jadinya dan berteriak sekencang-kencangnya. Suara jeritan ibu atas kesakitan hatinya dan jerit bayi kehausan itu saling beriringan. Sangat berisik.

JALANGWhere stories live. Discover now