Chapter 29 : Menjadi Artis Dadakan

63 4 0
                                    

"Aku suka cemburu dengan gadis-gadis yang selalu menatapmu dengan tatapan memuja dan kamu selalu merespon dengan senang hati."
-A&J-

Aurel dan Jeremy sekarang berada di depan ruang guru. Mereka menunggu di depan karena melihat banyaknya orang dalam ruang guru. Mereka berdiri bersisian dengan bersandar di tembok.

   Sebenarnya mereka ingin duduk karena lelah kalau harus berdiri terus. Tapi melihat tempat duduknya penuh dengan adik kelas yang sedang mengerjakan tugas membuat keduanya memilih untuk mengalah.

   Aurel mengambil handphone-nya dan merekam keadaan sekitarnya. Tentunya wajah Jeremy tidak diambilnya. Ia hanya takut teman-temannya melihat dan meledeknya kembali.

   "Ngapain sih?"

   Aurel menoleh ketika mendengar pertanyaan Jeremy.

   "Update status baru."

   Jeremy terkekeh pelan lalu membawa Aurel ke dalam pelukannya. Aurel yang kaget hanya bisa diam.

   "Ngapain lo meluk gue?" Aurel bertanya dengan alis terangkat.

   "Kangen doang," jawab Jeremy.

   Aurel mendongak dan menatap mata Jeremy. Jeremy tersenyum menatap Aurel.

   "Permisi, ini sekolah bukan tempat untuk bermesraan."

   Mendengar perkataan itu membuat Aurel menjauh dari Jeremy dan menatap ke sebelah kanannya. Disana ada seorang Guru yang merupakan wali kelas Jeremy dulu. Guru itu mengajar bahasa Inggris dan Guru itu paling disukai banyak orang karena cara mengajarnya yang sangat baik.

   "Eh? Selamat pagi Pak," sapa Jeremy.

   "Jadi setelah malu-malu kucing sewaktu masih sekolah disini, sekarang kalian sudah berani peluk-pelukan karena sudah tidak bersekolah disini?" Guru itu bertanya dengan alis yang terangkat.

   Aurel dan Jeremy terlihat gelagapan. Aurel menunduk menyembunyikan wajahnya yang merah karena malu. Sementara Jeremy menunduk sembari mengusap tengkuknya.

   "Kalian sudah pacaran ya?" Guru itu bertanya lagi.

   Aurel dan Jeremy sama-sama mendongak menatap Guru itu.

   "Enggak kok Pak!" Mereka menjawab bersamaan.

   Guru itu terkekeh pelan. "Jawabnya saja bersamaan."

   "Emang enggak kok Pak," jawab mereka bersamaan, lagi.

   "Tuh kan, samaan lagi. Ya sudah, Bapak mau ke ruang guru dulu ada rapat disana."

   Setelah Guru itu pergi, Aurel menatap Jeremy yang juga menatapnya. Baru saja Aurel ingin membuka mulut, Jeremy lebih dulu menariknya dan membawanya menuju kantin.

   "Ngapain ke kantin?" tanya Aurel bingung.

   "Beli minum. Gue haus," jawab Jeremy lalu membeli sebotol aqua dan dua es krim rasa cokelat.

   Setelah itu Jeremy mengajak Aurel keluar dari kantin, mereka memutuskan untuk duduk di pinggir lapangan. Di pinggir lapangan memang disediakan tempat duduk yang begitu banyak. Jadi, kalau selesai berolahraga atau upacara bisa duduk santai disana.

   Jeremy memberikan es krim yang satunya pada Aurel. Aurel tersenyum lalu berterima kasih. Ia membukanya dan memakannya perlahan. Jeremy pun begitu.

   Sedang asik makan, datang adik-adik kelas yang sejak tadi memperhatikan mereka. Mereka datang dengan handphone dalam genggaman tangan mereka. Aurel menduga kejadian satu tahun lalu pasti akan terjadi lagi.

Aurel & Jeremy ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt