Chapter 32 : Cerita Tentang Aurel

53 5 0
                                    

"Jangankan teman, seisi dunia pun bisa kuceritakan tentang kisah kita."
-A&J-

Sore ini Jeremy diajak bermain oleh teman-temannya. Tentunya Jeremy tidak akan menolak ajakan itu. Lagipula, sekarang kan hari libur jadi ia bebas ingin berbuat apapun selagi  libur.

   Jangan lupakan dengan dirinya yang sedang sibuk membalas pesan Aurel yang mengatakan dirinya baru bangun tidur. Jeremy sempat berpikir kalau Aurel malas meladeni pesannya karena masih kesal dengannya yang pulang tiba-tiba kemarin.

   Tapi setelah membaca pesan Aurel membuat Jeremy membuang pikiran negatifnya jauh-jauh.

   Asik membalas pesan Aurel, Jeremy tidak sadar kalau ia sudah sampai di tempat bermain. Ia segera duduk di sebelah kanan Rico. Di sebelah kiri Rico ada Eric dan di sebelah Eric ada Sandy. Kalian pasti tahu dimana mereka berempat sekarang berada.

Aurel: Lo udah makan?

Jeremy: Belum. Gue langsung ke tempat main

Aurel: Sekarang lo di tempat main?

Jeremy: Iya

   Jeremy melihat Eric yang sibuk bernegosiasi dengan Mbak pemilik tempat main itu. Entah apa yang mereka negosiasikan. Tapi Eric terlihat serius.

   Jeremy tersenyum. Ia berpikir untuk menelepon Aurel dan menunjukkan pada teman-temannya kalau ia sudah sangat dekat dengan Aurel. Tapi saat ia menelepon, panggilannya ditolak oleh Aurel dan itu membuat Rico dan Sandy yang sedaritadi memperhatikannya tertawa. Membuat Jeremy merenggut kesal.

Jeremy: Ditolak (:

Aurel: Ngapain nelepon sih? Ada Mama nih
Aurel: Kalau udah balik ke rumah, langsung makan ya. Jangan tunda-tunda makannya, nanti sakit

Jeremy: Iya nanti gue makan kok kalau udah di rumah

Aurel: Gue mau makan dulu

Jeremy: Iya, selamat makan

   Jeremy menghembuskan nafasnya dan menaruh handphone-nya di atas meja komputer. Ia melirik Rico yang sibuk dengan handphone-nya dan Sandy yang membersihkan meja karena debu-debu kecil. Sementara Eric baru saja kembali dari negosiasinya.

   "Main apaan nih kita?" Jeremy bertanya begitu Eric sudah duduk di sebelahnya.

   "Dota? PB? Eh Dota aja deh, soalnya gue belum selesai kemarin. Gue mau lanjut," ujar Sandy.

   Rico menghela nafas panjang lalu menyandarkan punggungnya di kursi yang ia duduki. Ia menatap Jeremy.

   "Suka heran deh sama lo," ujar Rico.

   "Kenapa?" tanya Jeremy dengan alis terangkat satu.

   "Lo suka sama Aurel dan Aurel suka sama lo. Tapi kenapa nggak pacaran? Takut? Malu? Atau lo nggak mau punya pacar kayak Aurel?" tanya Rico penasaran.

   Jeremy diam. Ia sendiri juga bingung kenapa ia tidak berani menjadikan Aurel sebagai miliknya? Apa yang sebenarnya ia takutkan?

   Eric yang sedaritadi diam ikut masuk ke dalam pembicaraan mereka.

   "Kalau lo nggak mau sama dia Jer, mending kasih ke gue. Lagian Aurel cantik kok, udah gitu dia baik lagi," ujar Eric.

   Sandy mengernyit. "Emangnya lo pernah ketemu sama Aurel?" tanya Sandy bingung.

   Eric terkekeh pelan. Ia mengangguk singkat.

   "Pernah kok, waktu itu Aurel datang ke rumah Jeremy. Gue kan nggak tahu kalau ada Aurel disana, gue main masuk aja tuh ke rumah Jeremy. Eh, malah ketemu sama Aurel yang lagi debat sama Jeremy di dapur," jawab Eric sambil mengingat kembali kejadian dimana ia mendapati Aurel dan Jeremy sedang berdebat di dapur karena masalah makanan.

Aurel & Jeremy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang