Delapan: Yang Mengajakmu

1.4K 260 32
                                    

Em menghela nafas gusar. Menatap sendu pada dua tanda lingkaran yang tercetak ditelapak tangannya. Sedikit banyak ia bingung harus diapakan kunci segel Nurk yang telah ia pasang pada Kongpob. Seharusnya yang harus ia lakukan adalah kembali pulang dan menyerahkan kunci itu pada papa Kongpob. Tapi bagian yang tersulit tentu harus ia hadapi. Setelah tega melakukan itu pada teman baiknya, kini Em malah tenggelam dengan segala perasaan ragunya.

"Silahkan, satu americano."

Lamunan Em terusik saat sebuah tangan memasuki area pandangnya, sesuatu yang ia tunggu sedari tadi diletakan begitu manis dihadapannya.
Apalah daya ketika hanya secangkir kopi yang bisa sedikit saja melunturkan rasa kacaunya.

"Aku baru melihat tato yang digambar ditelapak tangan."

Sebuah suara perempuan, terdengar begitu lembut. Em reflek mengalihkan atensinya pada si sumber suara. Mendapati seorang perempuan berpakaian ala pelayan sedang mendekap sebuah nampan. Mendengar perkataannya, Em segera menyembunyikan telapak tangannya.

"Kau pelayan baru disini?"

Em melirik nametag kecil yang tersemat dipakaian gadis itu. Setidaknya ia ambil kesimpulan begitu karena hampir setiap hari ia menghabiskan waktu dengan minum kopi disini. Yang ia tahu, gadis dengan rambut sebahu ini baru ia lihat.

"Benar. Namaku May. Tato milikmu sangat unik, Tuan."

Tidakah May terlalu berani pada pelanggan untuk ukuran pelayan baru sepertinya? Em sedikit sangsi melihat raut wajah ceria serta cahaya matahari yang membuat warna rambutnya sedikit memerah.

"Ini bukan tato."

Em segera menutup rapat-rapat mulutnya setelah perkataan itu keluar begitu saja. Demi Neptunus, ia tak boleh mengatakan apapun mengenai bangsanya.

May ber-Oh ria. Selanjutnya mengangguk paham. Tangan lentik May terulur lagi dan meletakan sesuatu disamping cangkir kopinya.
" Bos ku bilang, Tuan adalah salah satu pelanggan setia. Ini adalah kupon minum kopi gratis untuk dua orang."

Em menatapnya bingung, tak berselang lama karena wanita berseragam pelayan itu melepas senyum kearahnya. Em tak yakin akan mengajak Kongpob menghabiskan kupon gratis ini, pria itu menyebalkan--mengingat apa yang dirinya lakukan tempo hari, mungkin saja bukannya mengobrol- ia malah akan berakhir dengan adu jotos.

"Saya permisi."

May mengatupkan kedua tangannya,dan melenggang pergi. untuk sesaat Em mengabaikan semua dan matanya mengikuti setiap langkah wanita itu.

Rasanya aneh ketika waktunya semakin dekat untuk kembali, ia malah menemukan sesuatu yang menarik.

○○○

"Kau ada masalah, Kongpob?"

Benar saja. Kongpob tak pernah merasa jika melamun itu bisa menyelesaikan masalah. Menatap dengan penuh tanda tanya pada rekan kerjanya- Khun Berry- yang ia yakin wanita itu sudah mengamati semua gerak-geriknyan bahkan sebelum ia duduk didepan meja rias. Kongpob segera menggeleng sebagai jawaban. Seiring dengan rambut nya yang ditata sedemikian keren serta disemproti hairspray, kini tinggallah ia berdua dengan Khun Berry- sembari menunggu waktu take pemotretannya.

"Kau bisa cerita padaku jika ada masalah."

Kongpob menghela nafas panjang. Khun Berry beringsut mendekat kearahnya.

"Bagaimana caranya agar tidak cemburu?"

Gumaman Kongpob sukses membuat lawan bicaranya tertawa. Dasar manusia! Padahal sempat ia optimis jika bercerita mungkin saja bisa meringankan beban dihatinya. Bukan malah ditertawai seperti ini.

My Frog PrinceKde žijí příběhy. Začni objevovat