28 || Meragu

104K 13.6K 3.7K
                                    

Chapter 28 : Meragu

"Selain bom bunuh diri, masih ada kejahatan yang dapat melukai diri sendiri dan orang lain, yakni membohongi perasaan sendiri."

***

Pagi-pagi sekali, Yasa harus menyaksikan pemandangan yang cukup untuk membuat matanya mendadak terasa perih. Bagaimana tidak, baru saja dia keluar dari area parkir sekolah, dia harus menyaksikan Iris, salah satu teman seangkatannya, berjalan bersama pacarnya yang norak itu sambil ketawa-ketiwi seakan dunia adalah milik mereka berdua. Yang lain cuma numpang doang.

Yasa menyaksikan pemandangan itu dengan wajah datar. Sesekali, Rangga menggumamkan sesuatu yang membuat semburat merah muncul di wajah Iris, sesekali, Iris tertawa dibuatnya. Lalu tiba-tiba saja, Rangga berhenti berjalan, dan entah apa faedahnya, cowok itu langsung mencubit pipi tembam Iris dengan gemas.

"Ih, lepas, Ga! Ini di lapangan sekolah, tau!" erang Iris.

"Password-nya dulu?" Yasa yang langkahnya terhenti karena mereka menghalangi jalan, memutar bola mata jengah mendengar nada manja Rangga yang begitu khas.

"Iris Sayang Rangga 1 2 3..." jawab Iris cepat.

Fix, Yasa mau muntah.

Pemandangan seperti ini tak bisa ditolerir lagi. Yasa merasa menjadi makhluk hina menyaksikan kenorakan dua sejoli ini tepat di depan matanya.

"Masih pagi woy!" peringat Yasa menyadarkan dua sejoli itu.

Iris kaget karena ternyata Yasa ada di belakangnya, dia berusaha menutupi rasa malunya dengan cengiran kaku. Sedangkan Rangga langsung memasang wajah usil karena adik kelas yang paling sering ia nistakan itu lagi-lagi muncul di depannya.

"Eh, ada Yasmin. Ucapkan selamat pagi dong Ris untuk jiwa yang sepi~"

Iris menahan tawa mendengar suruhan Rangga. Sedangkan Yasa langsung menahan diri untuk tidak mengumpat.

"Public Display of Affection itu harusnya dilarang keras di sekolah ini," gumam Yasa.

"Yeee, lo mah iri, Yas. Makanya cari pacar dong, jadi nggak gigit jari liat orang lain lagi kasmaran," jawab kapten futsal di sekolahnya itu dengan seringai menyebalkan.

Tanpa ragu, Rangga merangkul bahu Iris, memamerkan dengan bangga cewek kesayangannya itu.

"Atau lo mau gue cariin pacar?" tawar Rangga dengan senyum lebar.

"Sori, gak tertarik dimakcomblangin senior gesrek kayak lo," balas Yasa.

"Buset, jadi jomblo aja belagu lo, dek!"

Yasa berdecak.

"Makanya mata tuh gedein Yas, biar lo bisa ngelirik cewek cantik dengan jelas."

Yasa mendelik tak terima, "Wah, rasis ini, Ris, rasis! Jahat banget cowok lo menistakan orang sipit," katanya pada Iris.

Iris cuma bisa menyemburkan tawa gelinya. Sadar bahwa tidak ada yang membelanya disini, Yasa memutuskan untuk menerbos dua orang itu dan berjalan cepat menuju kelasnya.

Tiba di depan lift, Yasa sama-sama mengantre dengan Arsen, salah satu kakak kelasnya yang hobi fotografi dan juga sering hang out bersamanya untuk memotret.

Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Where stories live. Discover now