34 || Terlambat Menyadari

99.2K 13.3K 3.2K
                                    

Chapter 34 : Terlambat Menyadari

"Disadari atau tidak, diungkapkan atau tidak, cinta tetaplah cinta."

***

Yasa nggak pernah memblokir nomor Daza. Itu hanyalah sebuah kebohongan kecil yang diciptakannya semata untuk membuat Putra berhenti menyebut nama cewek itu.

Malam ini, Yasa menatap ponselnya sambil memikirkan omongan Putra di kafe tadi. Sesuai dugaannya, Erik suka Daza, dan cowok itu kini ingin mengambil langkah.

Ada keganjalan luar biasa yang dirasakan hati Yasa, seakan dia tidak rela bila benar pada akhirnya Daza menerima cinta Erik.

Yasa menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi meja belajarnya. Matanya menatap langit-langit kamarnya. "Apa bener gue suka sama lo, Za?" tanya Yasa pelan. Dia memejamkan matanya, mencoba menggali lebih dalam mengenai perasaannya sendiri.

Kenangan demi kenangan yang dialaminya bersama Daza mulai muncul di benaknya. Ketika mereka masih mengenakan seragam putih biru. Dimana cewek itu tampak polos dan gigih dalam waktu bersamaan ketika berusaha mendapatkan hatinya. Kenangan itu berlanjut ketika mereka SMA. Pertemuan pertama mereka setelah berpisah sekolah selama satu tahun. Bagaimana sikap cewek itu yang tidak berubah, puncak segala kejengahan Yasa atas sifat kekanak-kanakan cewek itu sehingga dia harus mengatakan kata-kata menyakitkan, hingga kenyataan mengenai diary yang ditemukannya itu, sebuah penyesalan yang muncul dan kemudian berakhir pada kedekatan mereka yang beralasan pastry dan motor jatuh.

Yasa sadar, ketika Daza hendak memutuskan berhenti, dia lah yang selalu mencari alasan untuk menahan kepergian cewek itu. Jadi wajar kalau Daza mengira hati Yasa perlahan berhasil ia rengkuh.

Karena kenyataannya, memang begitu.

Daza tak salah bila gagal melupakan Yasa. Yang salah adalah Yasa yang tak bisa menciptakan hubungan harmonis antara hati dan otaknya sehingga yang dilakukan Yasa selama ini hanyalah menyangkal dan menyangkal.

Harusnya selama ini Yasa mensyukuri dirinya yang dicintai sedalam itu oleh Daza. Hanya Daza yang kuat menghadapi sikap tak dewasanya. Bertahan di sisinya meski Yasa tak pernah mau memberi kepastian.

Mendadak, Yasa merindukan gadis manis yang selalu menyunggingkan senyum ceria itu. Yasa ingin melihat cewek itu muncul di depannya, mendengar pengakuan cewek itu bahwa perasaannya sejak SMP dan sekarang tak berubah, bahkan tak pernah bisa berubah.

Ego Yasa seakan meluruh bersamaan dengan dia yang membuka kembali matanya. Yasa kini benar-benar sadar. Di dalam hidupnya, bila dia diminta menyebutkan nama perempuan yang selalu ingin dia lihat wajahnya, maka nama Maurisha Daza adalah satu nama yang tak akan pernah bosan ia sebut.

Yasa ternyata memang telah lama menyukai cewek itu. Dia hanya terlambat menyadarinya.

***

Yasa Niagara : Put, tolong minta sama Agrita nomor hape Erik. Gue lagi butuh.

Pesan yang diterima Putra tepat ketika dia baru selesai telponan dengan Agrita sukses menyentak dirinya.

"Mampus dah, nih cowok ntar nanya beneran ke Erik lagi!" gumamnya panik. Sejujurnya Putra sama sekali tidak tahu isi hati Erik. Kalau semisal Erik ternyata tak menaruh hati ke Daza dan mengatakan hal tersebut pada Yasa, kebohongan Putra dan Aji akan terbongkar.

Hal yang pertama dilakukan Putra adalah mencari-cari kontak Erik di grup ekskul renang. Dia tak perlu repot meminta dengan Agrita karena segala informasi seperti ini tertera di grup ekskul mereka.

Yasa [SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU]Where stories live. Discover now