2

62.1K 1.6K 13
                                    

Banner menatap mata wanita yang ada di depannya saat ini, mencoba mencari kebohongan di mata sang Isteri, dan pada akhirnya lelaki itu tau—dan akan selalu tahu jika wanita di depannya sekarang ini selalu berkata jujur.

Erza, wanita yang sedang berlinang air mata di hadapannya kini terlihat putus asa, Tapi sekarang wanita ini hamil, butuh kesadaran penuh untuk Banner bisa percaya yang di kandungnya adalah anak hasil perbuatannya, seketika bayangan tentang malam itu menggerogoti pikirannya, Banner yakin Erza semakin tersakiti ketika menyadari sang Suami melakukannya tidak dalam kondisi sadar, salahkan Banner yang pergi ke bar malam itu karena masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan sahabat baiknya—Alan Arnove, sahabatnya itu benar-benar telah memiliki orang yang ia cintai—Agnes—karena kesalahan yang dirinya perbuat Agnes harus menerima perjodohan dengan Alan, seandainya malam itu Banner tidak teledor dan menyebabkan ayah Erza kehilangan nyawanya, wanita yang ada di hadapannya kini tak perlu menangis dan terluka karena kekerasan yang barusan ia terima, Banner tak perlu menyakitinya.

Tapi, menatap mata wanita cantik itu membuat Banner semakin benci! Banner benci pada dirinya sendiri dan juga pada Erza, kenapa Erza harus bertahan padanya, selama ini perlakuan kasar Banner tak pernah membuat Erza goyah untuk angkat kaki dari kehidupannya, terlebih sang suami masih mencintai Agnes, Banner semakin tidak bisa menahan rasa kesal jika menatap istrinya sendiri, ditambah Agnes masih membalas perasaan lelaki itu, dia berjanji akan berpisah dengan Alan jika Banner sudah berpisah dengan Erza, tapi perlakuan Erza yang baik tidak memberi Banner celah untuk membuka jalan menyingkirkannya dari hidupnya!

"Baik, ketika anak ini lahir kau harus menanda tangani surat cerai yang akan kuberikan padamu," tutur Banner dingin, lelaki itu sedikit bersyukur isterinya ini hamil, mungkin hanya ini jalan keluar Banner bisa benar-benar berpisah dengan Erza.

"Teganya kau, ini anakmu mengapa kau tidak mau membesarkannya!?"

"Kau tau, aku memang menginginkan anak tapi tidak pada rahimmu, tapi rahim wanita yang kucintai, sayangnya karena kau wanita itu tidak bisa menjadi milikku, aku tidak pernah mengharapkan kau menjadi istriku Erza dan sekarang kau hamil maka aku juga tidak mengharapkan anak itu sekalipun itu memang anakku, aku membencimu begitu pun anak itu, jadi kuceraikan kau saat ini atau setelah anak itu lahir!?" Banner melihat wajah sendu itu menatapnya berkaca-kaca, Erza benar-benar tidak berdaya untuk kali ini, dan Banner senang akan itu.

Erza masih terdiam di posisinya, hingga kelopak matanya tertutup, terlihat air matanya mengurai membasahi kedua pipinya. "Setelah anak ini lahir," jawabnya dengan suara bergetar, Banner tersenyum puas dan melangkah pergi menuju kamar dan membanting pintu.

Banner merebahkan tubuhnya yang mulai di serang lelah setelah kejadian tadi, Banner butuh Agnes sekarang. Mungkin mendengar suaranya akan sedikit membuatnya lebih baik. Lelaki itu meraih ponselnya dan menekan kontak Agnes.

"Ya Banner?"

"Agnes," panggilnya.

"Ya sayang? Ada apa?"

Mendengar perkataan itu Banner tiba-tiba dilingkupi rasa bersalah, apakah Agnes akan pergi darinya jika ia tahu Erza sedang mengandung? Banner semakin resah dengan keadaan ini.

"Banner? Kau masih di sana?"

"Aku hanya rindu."

"Ohh, aku pun sama, kalau begitu mari bertemu, tiga jam lagi Alan akan berangkat ke Brazil."

Mendengar itu Banner buru-buru bangkit dari posisinya, "Kau serius, berapa lama memang?"

"Empat hari."

"Baiklah kita bertemu."

Dan inilah jawaban atas janji yang pernah Banner ucapkan pada ayah Erza, menikahi putrinya namun tidak untuk membuatnya bahagia.

The Broken Lady [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt