7.

37.6K 1.4K 100
                                    

Erza hanya tersenyum kecut menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Ia masih setia menunggu Banner yang mengatakan akan pulang saat makan malam tiba. Namun, sampai sekarang ia masih belum mendengar suara pintu terbuka.

Beberapa menit berlalu, akhirnya penantian Erza terbayar begitu mendengar suara pintu terbuka dengan kasar. Perempuan itu segera menoleh ke arah pintu utama.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"

Erza terkejut mendengar suara sang suami yang terbatuk-batuk.

Ia segera menghampiri Banner yang terlihat pucat itu. Rambut Banner terlihat basah dan kemejanya pun berantakan. Salahkan Agnes yang mengajak lelaki itu bermain-main air di kolam. Mereka menghabiskan waktu dengan melakukan 'itu' di kolam renang semalaman. Akhirnya, kini Banner terserang flu dan demam.

Erza yang melihat Banner menggigil langsung mengambil selimut dan membungkus tubuh suaminya itu.

Ia membantu Banner untuk masuk ke dalam kamarnya karena kamar lelaki itu terletak di lantai dua. Banner pasti tidak sanggup naik ke atas sana.

"Kenapa kau membawaku ke kamarmu? Kau mau memerkosaku, ya?!" tuduhnya.

"Apa kau sanggup menaiki tangga?"

Membayangkan dirinya menaiki tangga satu per satu membuat kaki Banner melemas seketika. Kepalanya pun menjadi berat hingga hampir terjatuh. Namun, dengan cepat Erza menahan tubuhnya.

Erza membaringkan tubuh Banner di atas kasur.

"Akh!" Banner mengerang kesakitan. "Aku akan keluar saat sudah baikan."

Erza tak mengatakan apa pun. Ia bergegas pergi ke kamar Banner untuk mengambil pakaian suaminya.

Saat kembali ke kamarnya dengan membawa pakaian, ia mendapati Banner sudah tertidur. Lelaki itu terlihat lemah dan pucat, membuat Erza semakin khawatir.

Melihat kondisi Banner yang kacau dan basah, Erza pun berinisiatif membuka pakaian suaminya. Masa bodoh jika Banner berpikiran macam-macam, yang penting pakaian basah itu terlepas dari tubuh lelaki itu. Perlahan-lahan, ia melepas satu per satu kancing baju Banner dengan hati-hati.

"Hei, kau benar-benar ingin memperkosaku, ya?!" Banner terbangun dan hendak duduk. Namun, kepalanya tiba-tiba berdenyut-denyut.

"Akh, shit! Kepalaku sakit sekali. Berhentilah membuatku pusing."

"Benar, 'kan? Suamiku ini memang tidak pernah berpikir positif!" Erza menggerutu di dalam hati.

"Bajumu. Tidakkah kau mengigil karena pakaianmu basah?"

"Baiklah, aku akan ganti baju. Keluar sana!"

Erza mengangguk dan keluar menuju dapur, mengambil kain dan wadah berisi air hangat untuk mengompres Banner. Setelah itu, ia kembali ke kamarnya dan mendapati Banner sudah mengganti pakaiannya.

Erza menyentuh dahi Banner dan lelaki itu tidak menolak. Bahkan, saat Erza mengompres kepalanya, ia terlihat menikmati perlakuan sang istri. Ia yakin sekali jika perempuan itu masih mencintai dirinya.

"Kau mau aku buatkan bubur atau langsung tidur?" tanya Ezra sambil mengambil kain yang ada di dahi Banner, kemudian mencelupkannya kembali ke air hangat.

"Bubur," jawab Banner singkat.

"Oke, tunggu, ya."

Ezra langsung pergi ke dapur dan membuat bubur untuk Banner. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk membuatnya sehingga Banner tidak sampai kelaparan.

"Buka mulut," kata Erza lembut, seperti seorang ibu yang merawat bayi. Namun, bayi yang dirawatnya sekarang adalah bayi dewasa yang menyebalkan. Sayangnya, Erza sangat mencintai orang yang sedang menelan bubur buatannya sekarang ini.

The Broken Lady [Completed]Where stories live. Discover now