PROLOG

37.2K 3.3K 691
                                    

Prolog

Bissmillah, semoga cerita ini bisa diselesaikan sampai menyentuh kata tamat.

Dan semoga setiap teman-teman yang membaca cerita ini menemukan maksud dari cerita ini. Yap semoga ... dan semoga kalian tidak menghujat tulisan saya.

_____

Happy Medium ; A good choice or condition that avoids any extremes (Sebuah pilihan atau kondisi baik untuk menghindari hal-hal ekstream)

Silakan diputar lagu di media untuk memperkuat adegan awal ini. Pembukaan cerita ini.

-Happy Medium-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-Happy Medium-

Dinding ruangan itu dipenuhi oleh berbagai lukisan yang dipajang saling berdekatan pada beberapa bagian.

Lantas pada dinding lain dipasang agak berjauhan seolah memberi kesan tidak jelas.

Lukisan yang ada juga merupakan gambar-gambar yang kurang logis, ada gambaran kuda poni, laki-laki dengan sirip—duyung, ada sebuah mitologi Yunani bahwa duyung identik dengan seorang putri di tengah laut. Tapi pada sebuah lukisan di ruangan itu, terlihat laki-laki berjanggut yang dibuat bersirip.

Surealisme, aliran lukisan tersebut. Sebuah aliran dimana pelukisnya cenderung melukiskan sesuatu yang hanya datang di imajinasi liarnya saja, tidak nyata, bahkan cenderung mengada-ada.

Ruangan itu beraroma ylang-ylang—aroma khas bunga Kenanga menguar, lewat beberapa lilin aroma terapi yang ditaruh di sembarang tempat.

Sedangkan ruangan itu sendiri dipenuhi oleh lantunan piano yang terdengar dari piringan hitam di atas meja, tak jauh dari jendela yang menjadi satu-satunya sumber penerangan selain nyala lilin beraroma terapi.

Lantunan melodi piano dari pianis terkenal Beethoven dengan karyanya yang mendunia Fur Elise, seolah memberi nyawa pada setiap goresan pensil yang bergerak di atas kanvas.

Si pemilik jemari halus itu menahan gerakannya menebalkan garis yang baru saja dibuat, ia mundur dan mengamati gambarannya itu lebih lekat. Wajahnya berekspresi datar. Kemudian. dia melirik pohon di luar jendela yang sedari tadi menjadi obyeknya.

Dia menarik napas dalam, kembali memajukan tubuhnya untuk memberikan garis lain di tempat yang berbeda pada kanvasnya.

Hingga tak berapa lama, terdengar bunyi deret pintu yang didorong.

Perempuan itu tidak beralih, ia hanya fokus pada gambarannya.

Sosok yang baru masuk ke dalam ruangan itu, berdiri di dekat meja—tak jauh dari si perempuan. Sosok itu menatap jendela yang terbuka, tempat si perempuan menatap objek gambaranya, sebuah pohon dengan daun yang sangat lebat, bahkan di bawah pohon itu banyak sekali daun-daun berguguran.

Happy MediumWhere stories live. Discover now