9. Satu Sama Lain

7.3K 1.4K 591
                                    

BAGIAN SEMBILAN

Jangan pernah meminta tinggal, jika suatu hari aku lah yang akhirnya kamu tinggal—Oriza Sativia untuk ....

Akhirnya aku paham, ada orang yang selalu terlihat bahagia, nyatanya belum tentu benar-benar bahagia. Bisa jadi, dia hanya berpura-pura terlihat baik agar orang lain tidak tahu bahwa sekarang dia sedang terluka—Aruna Fiogani untuk ....

Ada satu, dua, bahkan beberapa hal yang harus kita relakan untuk pergi sekali pun kita masih bersikeras untuk tetap memiliki—Inggridia Sharma untuk ....

Hanya ada dua kemungkinan saat sesuatu yang kamu pikir untukmu ternyata tidak menjadi takdirmu ; pertama, karena Tuhan tahu dia bukan yang terbaik untukmu atau yang kedua, karena kamu belum cukup baik untuknya—Geofani Sandaya untuk ....

-Happy Medium-

Mungkin hal tergila yang pernah Fio lakukan dan berkaitan dengan Inggrid adalah menggendongnya yang sedang pingsan dan membawanya ke rumah sakit.

Bahkan Fio sama sekali tidak berpikir untuk meminta Geo untuk melakukannya, ia hanya berpikirsaat itu yang harus ia lakukan adalah segera membawa Inggrid ke rumah sakit. Apalagi saat menyadari jika tubuh Inggrid terlalu dingin, entah sudah selama apa perempuan itu pingsan di balkon kamarnya.

Fio sempat mengumpat ke pembantu rumah tangga di rumah Inggrid yang sama sekali tidak tahu menahu mengenai kondisi majikannya. Seandainya saja, di rumah itu ada keluarga Inggrid mungkin Fio tidak akan sepanik sekarang.

Di lorong rumah sakit swasta di Jakarta, yang paling dekat dengan kompleks perumahannya. Fio terduduk sambil memandang ke ruang pemeriksaan Inggrid. Tubuh perempuan begitu pucat, untung saja saat Fio cek, denyut jantung Inggrid masih ada. Kalau tidak ....

Entah, Fio tidak tahu harus berbuat apa.

Selama satu jam setelah pemeriksaan, dokter yang bertugas menangani Inggrid keluar dari ruangan. Fio berdiri untuk menyambut dan melayangkan pertanyaan, "Gimana kondisinya?"

"Anda suaminya?" Dokter memandang Fio.

Kontan, Fio menggeleng.  Sedangkan, Dokter menganggukan kepala. "Oh, keluarganya."

Fio ingin membantah, cuma dia rasa semua itu tidak lah penting. "Jadi gimana keadaan Inggrid?" Cemas itu muncul mendadak.

"Mari kita bicarakan saja di dalam ruangan saya."

Dokter melangkah duluan untuk melewati lorong, tanpa pikir panjang Fio mengikuti di belakang.

Sepanjang langkah itu, Fio tahu ada beberapa orang yang berbisik-bisik mengenai dirinya. Bukan sesuatu yang langka, mengingat sekarang acara televisi berbasis kompetisi masak yang dikomentarorin oleh Fio sedang naik daun. Dari beberapa cerita kru televisi, mereka bilang bahwa banyak sekali orang yang menyukainya.

Fio pikir itu menjadi masuk akal semenjak pengikut instagramnya kini hampir menyentuh angka satu juta.

Tapi mungkin bisik-bisik di sepanjang lorong itu semakin heboh sejak kedatangan Fio ke rumah sakit bersama Inggrid. Meskipun tidak peduli, Fio jelas tahu bahwa Inggrid termasuk orang yang besar di media sosial. Banyak orang yang mengenalnya.

Fio menghela napas, pasti berita seperti ini akan jadi bahan gosip publik. Kadang ini yang paling membuat Fio tidak suka menjadi terkenal.

Sesampai di ruang dokter, Fio dipersilakan duduk di hadapan dokter tersebut.

"Jadi begini, sebenarnya kita masih perlu menunggu hasilnya keluar, tetapi dari semua gejala yang tampak dan melihat kondisi pasien, sepertinya ini penyakit yang cukup serius," buka dokter.

Happy MediumWhere stories live. Discover now