10. Kejadian Seru

9.1K 1.5K 772
                                    

Bagian Sepuluh

Kita pasti pernah terlanjur suka dengan seseorang dan sulit untuk berhenti, sekalipun sudah tahu bahwa rasa suka itu hanya dimiliki sendiri—Inggridia

Dia tahu, dia sadar. Hanya saja dia menolak untuk peduli, jadi kamu seharusnya paham apa yang harus kamu lakukan—Geofani

-Happy Medium-

Dua hari kemudian, setelah menyelesaikan shooting acara memasak, Fio menjenguk Inggrid yang kini sudah dipindahkan ke salah satu rumah sakit terbaik di Jakarta. Semenjak kemarin, dia hanya datang menjenguk saja. Beruntung, perempuan itu punya manager yang kini menggantikan tugas Fio secara penuh untuk menjaga inggrid.

Fio telah sampai Suite Room Rumah Sakit Pondok Indah, tempat Inggrid dirawat.

Ketika melangkah masuk Fio langsung menggelengkan kepala melihat betapa banyaknya buket bunga di kamar tersebut. Wajar, Inggrid adalah publik figur yang terkenal, berita sakit yang dia alami berhasil membuat para penggemar dan teman-temannya sesama publik figur berbondong-bondong memberinya semangat untuk sembuh. Dimulai dari buket bunga, paket makanan, ah banyaklah! Pokoknya satu sisi di kamar rawat itu penuh hanya untuk hadiah dari orang-orang.

"Jadi ini, produk terbaru skincare yang sering banget aku gunain guys. Nah ini tuh benar-benar bisa bikin glowing." Di atas tempat tidurnya, dengan bantuan manager bernama Dembo, Inggrid sedang mengacungkan kamera handphonenya pada sebuah barang yang ia pegang.

Fio menghela napas, sembari mendekat ke arah Dembo. "Dia kan masih sakit, kenapa sudah diberi kerjaan?" tanya Fio heran.

Inggrid itu baru siuman kemarin malam, kondisinya belum stabil. Jelas, Fio kaget karena melihat Inggrid sudah harus melakukan kerjaannya seperti biasa, ya meskipun Fio paham kerjaan Inggrid hanya sebatas video review barang-barang endorse, tapi tetap saja, bagi Fio hal tersebut tidak seharusnya dilakukan karena kondisi inggrid belum sepenuhnya pulih.

"Deadlinenya hari ini, Mas," jawab Dembo berbisik. Lelaki berambut merah terang, memakai celana jeans pendek ,dan baju sedikit ketat itu mengisyaratkan Fio untuk tidak mengganggu Inggrid.

"Dia itu belum sembuh," protes Fio. Dia sama sekali tidak mengecilkan suaranya seperti yang diminta Dembo, Fio juga tidak peduli bahwa kini Inggrid sedang meliriknya dengan tatapan mendelik, memintanya untuk mengecilkan volume suara.

Dembo mendesah, merapatkan tubuhnya ke arah Fio. "Iya, Mas ganteng, eike juga tahu Inggrid belum sembuh. Tapi kan deadlinenya hari ini, kalau nggak review bisa metong kita Mas suruh balikin duit clien, belum lagi kan Inggrid jadi brand ambassadornya. Nggak bisa ditunda."

Fio sudah siap membantah, beruntung di waktu yang sama Inggrid sudah menyelesaikan pekerjaannya.

"Kenapa jadi ribut sih?" celetuk Inggrid, dia menaruh handphonenya di atas meja, matanya menatap Dembo dan Fio bergantian.

"Ini nih Mas ganteng, sudah eike bilang kalau kerjaannya nggak bisa ditunda. Marah-marah mulu deh Mas, entar cepat tua lho Mas," kekeh Dembo, tangannya mencuil pipi Fio.

Fio cekatan menghindar.

Dembo terkekeh, lantas memilih duduk di sofa yang berada di kamar, menyilangkan kaki, dan fokus mengecek handphonenya. Entah apa yang ia lakukan. Dia tidak lagi berkomentar, layar handphonenya itu lebih berharga ketimbang orang lain di sekitarnya.

Fio berjalan mendekat ke arah Inggrid. "Gimana hari ini?"

Inggrid melirik Fio, senyum lebar tercetak di wajahnya. "Baik, Bang. Abang sendirian aja ke sini, nggak bareng Geo Oppa?"

Happy MediumTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon