3. Kelas Dirimu Berada

15.5K 2.5K 1.2K
                                    

Bagian Tiga

Saya paling kasian pada satu jenis manusia di dunia ini yaitu manusia yang berlagak memiliki segalanya, tapi nyatanya tidak memiliki apa-apa—Oriza Sativia

You know. I know. That we can't work—Geofani Sandaya

-Pull String-

"Kita menyebutnya sebagai kebun pangan keluarga," kata Riza di hadapan hampir lima puluh orang yang dikumpulkan di depan kantor camat Penjaringan Jakarta Utara. Lima puluh orang tersebut adalah bapak-ibu yang sehari-harinya bekerja di Pelabuhan Perikanan Muara Angke.

Dengan dibantu oleh tiga rekan kerjanya yang bertindak sebagai praktikan dalam agenda KKP—Kementrian Kelautan dan Perikanan hari ini. Riza menjelaskan salah satu alternatif bidang ilmu perikanan yang bisa diterapkan di masa-masa susah seperti ini, hasil tangkapan laut yang tidak seberapa bisa diakali dengan penerapan kebun pangan keluarga.

Riza mengatur senyum, agak kesulitan untuk melangkah ke depan dengan satu tongkat yang terus saja membersamai dia selama beberapa tahun terakhir ini.

Kelumpuhan pada kaki kanannya membuatnya tidak bisa berbuat banyak, dia yang dulu dipercaya untuk meng-handle berbagai agenda, harus setia duduk manis di kantor kementrian, tidak bisa turun ke lapangan. Padahal dulu, di zaman Menteri Kelautan dan Perikanan dipimpin oleh seorang perempuan, Riza benar-benar giat ikut program ini-itu mendampingi Menteri yang menurut Riza luar biasa tersebut.

Desa Betahwalang di Demak, Kepulauan Anambas di Kepulauan Riau, Tanjung Awang di Lombok Tengah, hingga Toba Samosir di Sumatera Utara juga sudah pernah Riza kunjungi berkat dipercaya mendampingi beberapa agenda menteri wanita paling panutan itu.

Kalau mengingat semua itu, Riza benar-benar menyesali banyak hal di hidupnya. Hal yang menyebabkan dirinya menjadi sekarang.

Untung saja, beberapa bulan terakhir ini, dia kembali dipercaya untuk ikut beberapa agenda meskipun tidak sejauh dulu lagi, yang bisa ikut ke tempat-tempat keren bermodalkan kerjaan. Yah ... Riza itu salah satu PNS di Kementrian yang sarat akan prestasi—lulus dengan predikat pujian dari Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Universitas Padjajaran, lulusan tercepat dan hampir menyentuh IPK 3,9, oh ya! ditambah selama kuliah sering mengikuti lomba essai, jelas membuat Riza menjadi salah satu orang yang sering dipercaya untuk mengikuti agenda ini-itu di kementrian.

Riza juga sempat ingat bahwa dulu sebenarnya dia ditawari untuk beasiswa magister di Belanda—sayang, waktu itu yang dia pikirkan hanyalah segera bekerja. Jadi ketika ada tes CPNS, Riza mengadu nasib di sana saja dan syukurnya ia berhasil lulus.

"Riza ..." teguran itu berhasil membawa Riza kembali pada duniannya.

Riza menoleh menatap ember 80 liter, kemudian menatap rekan-rekannya yang bersiap mempraktikan.

Riza menarik napas, mendekatkan microphone dan mulai menjelaskan.

"Bahan yang digunakan sangat sederhana, ember yang kira-kira berukuran seperti ini," tunjuk Riza. "Kemudian arang batok kelapa sebagai media, gelas plastic yang bekas saja, benih ikan diusahakan lele saja, tang, bibit kangkung, kawan, dan solder."

Rekan-rekan Riza mulai menunjukkan satu persatu bahan yang disebutkan oleh Riza tadi.

Semua bapak-ibu yang sehari-harinya bekerja sebagai nelayan, penjual ikan, awak kapal ikan, atau intinya yang berhubungan dengan kegiatan di Kawasan Muara Angke terlihat mendengarkan penjelasan Riza dengan saksama.

"Modal semua ini, paling mahal adalah dua ratus ribu. Bisa kurang, tergantung bibit yang dipilih."

Lantas, Riza kembali menjelaskan kebun pangan keluarga yang bisa diterapkan di rumah-rumah warga tersebut. "Pertama-tama, bapak- ibu silakan melubangi plastik bekas yang sudah disiapkan dengan solder atau kalau tidak ada bapak-ibu bisa menggantinya dengan ujung garpu atau pisau yang sebelumnya sudah dipanaskan. Apa saja yang bisa membuat bolongan kecil pada plastik bekas. Kemudian, setelahnya bibit rumput yang sudah ada dipotong bagian atasnya, ini bisa bapak-ibu manfaatkan dulu untuk memasak. Sisakan saja bagian akar, sebelum dimasukkan ke dalam plastik yang sudah dibolongi, terlebih dahulu masukkan arang batok kelapa tadi ke dalam plastik. Jadi arang batok kepala ini bertindak sebagai media tumbuh kangkung tersebut. Nah apabila sudah kaitkan semua plastic tersebut di pinggir ember. Menyerupai contoh seperti ini."

Happy MediumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang