Chapter 14 * PART 1

520 71 4
                                    

"Arrgghh..."


Kibum mengerang pelan ketika ia merasakan dunianya berputar hebat, seperti setumpuk batu yang langsung menghantam kepalanya. Belum lagi gejolak yang ada di perutnya, meminta untuk dikeluarkan isinya. Kibum menyesali kegiatan minum-minum yang ia lakukan tadi malam, tetapi itu juga satu-satunya caranya untuk bisa tidur dan melupakan masalah yang menimpanya untuk sementara.

Kibum tidak bisa memanggil dayang-dayangnya untuk minta ambilkan air putih karena ia sedang tidak dalam penyamaran. Potongan extension rambut pirangnya tergeletak begitu saja di atas lantai kayu Hanok-nya. Ia bahkan tidak memakai gaun tidur yang biasa ia pakai, hanya celana pendek tanpa sehelai benang pun di bagian atas tubuhnya.

Ketika Kibum membuka jendela kamarnya, langit masih gelap. Pantas saja, jam dindingnya saja baru menunjukkan jam empat pagi. Itu artinya, semuanya masih terlelap di alam mimpi kecuali para pengawal yang sedang berjaga.

Kibum berpikir dua kali untuk memakai memasang extension rambutnya untuk keluar dari kamar. Meskipun kedua dayangnya tidak ada di Hanok dan kedua bodyguard-nya sedang tertidur di kamar bekas milik Jonghyun.

Pada akhirnya, ia memutuskan hanya memakaikan kaus kusam agak besar dan berjalan sedikit tergesa-gesa keluar. Sekalipun dengan cara tergesa-gesa, Kibum sedikit meninggikan posisi kakinya dari lantai dan berjalan agak terhuyung-huyung.

Gejolak itu kembali muncul ketika langkah Kibum sudah hampir sampai di dapur. Terpaksa ia mengarahkan langkahnya lebih jauh menuju toilet yang biasa di pakai dayang-dayangnya.

Tepat ketika wajahnya menghadap lubang toilet, Kibum segera memuntahkan isi yang ada di dalam perutnya. Rasa pahit dan asam segera menyeruak pada indera perasanya. Tidak ada yang keluar selain dari cairan bekas minuman alkohol yang ia minum. Kibum baru ingat, ia tidak sempat makan malam saat itu saking banyak tekanan yang membuatnya melupakan kewajibannya sebagai manusia.

Kibum terduduk lemas di lantai toilet sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Setelah masalah itu menghantam kepalanya bertubi-tubi, Kibum langsung meminta dayang-dayangnya untuk mengambilkannya soju. Ya, minuman beralkohol yang paling murah, wine atau bir atau minuman alkohol lainnya yang berlabel mahal. Setelah itu, ia mengunci kamarnya dan meminum minuman itu sampai ia benar-benar teler.

Meskipun ia berharap ia bisa melupakan masalahnya atau setidaknya merasa sedikit terangkat beban itu dengan alkohol, bayangan-bayangan masalah itu menghantam kepalanya persis seperti sakit kepala yang ia derita sekarang.

"Persetan dengan semua ini!" umpat Kibum pelan.

Perkataan Jinki kembali terngiang-ngiang di kepalanya. Lelaki itu tidak ingin dirinya pergi, mengharapkannya seolah Kibum memang berarti baginya.

Kibum mendengus. Jinki sepertinya agak bertolak belakang dengan Ayahnya yang justru menginginkan dirinya pergi.

Baguslah, dengan begitu Kibum akan bersiap-siap mengepak barang-barangnya kemudian menunjukkan surat pengunduran diri kepada sang Raja.


Oh, atau ia bisa mengambil jalan lain. Seperti memberikan kesan buruk, baik itu di hadapan rakyat Korea Selatan maupun istananya. Ia bisa melakukannya lewat presentasi yang akan dilaksanakan satu minggu lagi. Di sanalah, ia akan memberikan presentasi dengan ide yang sempat terlintas di kepalanya sebelumnya. Kalau bukan dengan ide tentang kelas sosial, topik apa lagi yang bisa ia bahas kalau tidak sesensitif topik itu.


Xxxxxxx


"Unnie, kau terlihat tidak bersemangat. Kau baik-baik saja?" Sunyoung yang duduk di samping Kibum itu menanyakannya seolah dengan nada tulus.

THE SELECTION - OnKey Vers.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora