Setelah menyelesaikan pertemuannya dengan sang Pangeran, Minho berpamitan untuk pulang. Ketika dalam perjalanan menuju gerbang utama istana—tepat di depan taman bunga teratai, ia memelankan langkahnya. Ia menikmati aroma daun ginko yang khas sambil merapatkan mantel abu-abunya.
Pemandangan pohon ginko milik istana memang lebih indah daripada di kediamannya. Istana justru menatanya lebih baik daripada miliknya. Beberapa daunnya sengaja menggugurkan diri secara acak, tidak seperti miliknya yang ditata rapi. Bagi Minho, penataan yang dilakukan istana justru lebih terlihat alami, seperti penggambaran kebebasan sang alam dalam mengekspresikan kehidupannya.
Beberapa daunnya juga terjatuh dengan ritme pelan menuju permukaan kolam bunga teratai. Bunga berwarna merah muda itu belum ada yang sepenuhnya mekar, mungkin butuh beberapa minggu lagi bunga itu menampakkan evolusi sempurnanya sebelum kembali layu dan memberikan kehidupan yang baru lagi untuk penikmatnya. Meskipun begitu, pemandangan itu cukup membuat pikiran Minho tenang.
Minho tidak sadar langkahnya mulai mengelilingi kolam bunga teratai itu. Saat ia menyadarinya, bodyguard yang bersamanya rupanya berada beberapa meter di belakangnya, seolah paham bahwa tuannya sedang memerlukan privasi.
Ketika lelaki itu berniat berbalik, pandangannya tidak sengaja terarah pada kursi panjang di pinggir kolam. Seorang lelaki yang memiliki rambut hitam legam sedang duduk dan mencondongkan badannya seolah sedang bercermin pada air jernih kolam teratai. Senyum Minho tentu saja merekah setelah mengenali dengan baik sosok itu, ia pun segera mendekatinya.
"Aku tidak tahu kau tinggal di istana." Suara berat itu sudah amat dikenal oleh telinga Kibum. Ia tersentak melihat sosok lelaki tinggi familiar itu tiba-tiba berada di belakangnya.
Minho memberikan senyum khasnya sambil mendekati Kibum. Tidak ada yang bisa menolak pesona senyum tampan itu, Kibum pun membalasnya.
"Tidak, aku hanya tinggal sebentar saja di sini," jawab Kibum sambil tersipu.
Minho terkekeh kecil, "Atau lebih tepatnya Jinki Hyung yang menyuruhmu untuk tinggal di sini?"
Kibum mengendikkan bahunya, ia juga ikut terkekeh. "Ya, seperti itulah."
Selama beberapa saat mereka terdiam. Suasana taman teratai hari itu cukup sepi, bahkan penjaga yang biasanya berjaga-jaga di sekitar sana tidak ada di sana. Hal itu membuat Minho merasa cukup mendapat privasi ketika ia menemukan Kibum di tempat ini.
Kibum memandangi salah satu bunga teratai yang masih mengucupkan kelopaknya dengan malu-malu. Mungkin dalam waktu beberapa hari lagi bunga itu akan mekar dengan sempurna. Tapi sayangnya, Kibum tidak akan sempat melihat bunga-bunga itu bermekaran.
"Aku masih ingat ketika di tempat ini, aku memaksamu untuk menjadi kekasihku."
Telinga Kibum tiba-tiba terasa merah ketika Minho membawa pembicaraan itu. Minho sendiri bukannya tertawa menggoda Kibum, ia sama-sama memandang kolam teratai di depannya, dengan tatapan sendu.
"Ya, aku masih mengingatnya juga, sangat jelas bahkan," gumam Kibum.
"Aku masih tidak percaya. Gadis cantik berambut pirang bergelombang itu ternyata samaran dari seorang pemuda tampan. Dan ketika gadis itu melepas samarannya, ia tidak jauh berbeda dari hasil samarannya. Aku masih terpesona akan kecantikannya."
Kibum mendengus geli, "Aku laki-laki, Minho. Rasanya aneh kalau kau menganggapku... uh, cantik?"
"Lalu, kau ingin aku menganggapmu seperti apa? Aku rasa, kata cantik memang mewakili seluruh penggambaran dirimu."

YOU ARE READING
THE SELECTION - OnKey Vers.
FanfictionTHE SELECTION (((RE-PUBLISH))) Sebuah kompetisi dan seleksi dari kerajaan untuk mencari istri sang Putra Mahkota, Pangeran Lee Jinki. 33 peserta perempuan, berjuang untuk mendapatkan hati sang Pangeran. Salah satunya adalah Kim Kibum. Terlahir seba...