"Kenapa kau tidur di sini?" Seseorang bertanya seperti itu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Kibum yang sedang meringkuk kedinginan di depan sebuah toko yang sudah hangus.
Kibum membuka matanya dengan berat.
"Sia...pa?" ujar Kibum dengan suara serak. Ia bangun dari tempatnya dan melihat sosok yang sangat familiar.
"Sesuaikan dulu pandanganmu, Kim Kibum. Kau tidak mungkin tidak mengenal sosok sahabatmu sendiri," kata sosok yang perlahan-lahan mulai jelas di mata Kibum itu.
Kibum menyipitkan matanya sebentar, kemudian ia terperanjat di tempatnya melihat sosok yang mengaku sebagai sahabatnya itu ada di depannya sambil menatap kasihan padanya.
"Kau! Kim Jonghyun! Bagaimana bisa kau mengetahui keberadaanku di sini?"
Jonghyun mendesis, "Kau tidak perlu bertanya tidak penting seperti itu padaku. Kenapa kau menjadi gelandangan seperti ini? Apa kau tidak mempunyai tempat tinggal—"
Jonghyun segera menutup mulutnya kembali ketika melihat Kibum tertunduk. "Uh, maaf... Aku lupa kalau rumahmu sudah... Begitulah, maafkan aku."
Kibum mengangguk kecil kemudian berusaha untuk berdiri dengan menyingkirkan koran bekas yang menjadi selimut dadakannya itu.
"Kau tidak kembali ke desa pemberontak?" tanya Kibum.
Mata Jonghyun menelusuri penampilan dekil Kibum. Padahal ia yakin baru beberapa hari terpisah dari temannya itu semenjak pergi dari persembunyian mereka di Pulau Shinki, tetapi penampilan Kibum seperti baru pulang dari pengungsian yang kumuh.
Sebenarnya, salah Kibum sendiri yang tidak mengatakan kalau ia masih memiliki tempat tinggal atau tidak. Dan semuanya akan mengira kalau Kibum akan mendapatkan bantuan dari Jinki. Tetapi, terakhir kali Jonghyun berkomunikasi dengan sahabatnya itu, Jinki mengatakan kalau ibunya melarang dirinya untuk berhubungan dengan Kibum sementara waktu.
"Mengapa kau tidak menghubungi Jinki saja kalau keadaanmu lebih menyedihkan daripada seseorang dari kasta delapan?" sindir Jonghyun.
"Jangan, aku tidak bisa mengatakannya. Itu hanya akan membebaninya atau mungkin saja keluarga istananya akan keberatan dengan keberadaanku di sana," Kibum mengendikkan bahunya.
"Tapi kau tidak mesti tinggal di istana, kau bisa..." Jonghyun menggantungkan kata-katanya dan memperhatikan Kibum sekali lagi.
"Sudahlah, kau ikut saja denganku. Kau bisa tinggal di rumahku—atau lebih tepatnya rumah Sooyeon. Keluarganya sudah kembali menerimanya dan menerimaku juga. Kau bisa kujadikan—apa kau ingin menyamar menjadi Kim Gwiboon lagi agar bisa mendapatkan pekerjaan sebagai dayang atau pelayan di sana?"
Kibum mendesis kesal mendengarnya dan meninju lengan berotot Jonghyun. Lelaki yang terkena pukulan itu berpura-pura kesakitan dengan mengerang keras.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah kembali menjadi sosok bernama Kim Gwiboon itu. Butuh waktu lama bagiku untuk lepas dari trauma menyamar menjadi seorang wanita. Aku tidak ingin orang-orang menemukan kembali Kim Gwiboon yang sudah mati menjadi hidup."
Mendengar itu, Jonghyun terkekeh geli. Ia pun segera menuntun Kibum untuk memasuki mobil mewahnya. Kibum sempat mengejek lelaki itu yang pada akhirnya menaiki kasta beberapa tingkat setelah pembersihan nama Jung Sooyeon di mata keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
Ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil dan supir yang membawa mereka menuju kediaman khusus Jung Sooyeon, Kibum terdiam sambil memperhatikan jalanan di luar jendela.
"Selesai," Kibum menoleh kepada Jonghyun yang sedang melambai-lambaikan ponsel hologramnya kepada Kibum.

YOU ARE READING
THE SELECTION - OnKey Vers.
FanfictionTHE SELECTION (((RE-PUBLISH))) Sebuah kompetisi dan seleksi dari kerajaan untuk mencari istri sang Putra Mahkota, Pangeran Lee Jinki. 33 peserta perempuan, berjuang untuk mendapatkan hati sang Pangeran. Salah satunya adalah Kim Kibum. Terlahir seba...