Chapter 14 * PART 2

592 80 15
                                        

Akhirnya...


Kibum menarik nafas dalam-dalam. Akhirnya hari itu datang juga. Hari di mana ia harus melepaskan semua pengorbanan yang selama ini ia lakukan. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan sudah lebih dari cukup memenuhi apa yang sebelumnya ia inginkan.

Matanya terpejam ketika tim rias memoleskan riasan di wajahnya. Di balik pejaman mata itu, Kibum mulai mengkhayal kehidupannya setelah keluar dari istana.

Pepohonan yang rindang, jarak satu rumah dari rumah lain yang sangat jauh, tawa riang kedua adiknya, dan ia juga membayangkan Nicole ikut bersama mereka. Hidup bahagia, tanpa ada seseorang pun tahu tentang jati diri aslinya.

Toh setelah kejadian Seleksi ini, tidak akan ada yang ingat dengan wajahnya lagi. Tidak ada lagi seseorang yang bernama Kim Gwiboon. Ia sudah lenyap, dibuang oleh pemilik asli dari tubuh itu, Kim Kibum.

Kibum sudah yakin dengan presentasi yang akan ia berikan. Tidak ada layar sentuh atau video atau gambar lima dimensi yang akan ia berikan kepada rakyat negerinya. Kibum hanya mengandalkan suaranya dan imajinasi audiens-nya. Tidak perlu imajinasi, mengingat fakta itu mengelilingi mereka sehari-hari pasti tidak susah membayangkannya, bukan?

"Tuan Puteri?" Kibum membuka matanya ketika seseorang yang sedang meriasi dirinya memanggilnya. "Apa kau ingin aku memotong rambutmu? Anda terlihat sedang depresi. Siapa tahu, dengan gaya yang baru Anda bisa menciptakan energi baru yang terpancar dalam diri Anda. Bagaimana?"

Kibum seketika panik dan berbalik menghadap wanita itu. "Jangan!"

Wanita itu sedikit keheranan dengan sikap tiba-tiba Kibum tersebut. Kibum pun mencoba menenangkan diri, ia tidak boleh panik dalam saat-saat seperti ini. Bisa-bisa, rencananya gagal total.

"Bukan begitu, hanya saja aku tidak suka rambutku dipotong. Aku suka rambutku yang panjang." Kibum memberikan senyuman terbaiknya, sayangnya di mata wanita yang sedang meriasnya itu pasti Kibum terlihat sedang canggung.

"Uh, baiklah. Maafkan saya, Tuan Puteri. Saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi," ujarnya sambil memberikan bungkukkan hormat kepada Kibum.

Meskipun sudah terbiasa dengan sikap seperti itu, Kibum tetap saja merasa tidak nyaman. "Tidak apa, lupakan saja. Cepat lakukan ini, kita harus cepat karena kami harus berkumpul di ruang belajar sebelum jemputan kami menuju gedung Media Nam datang."

"Ya, Tuan Puteri. Saya mengerti. Tapi... " Ia mulai menyentuh rambut Kibum lagi yang membuat Kibum menahan nafasnya selama beberapa detik. "Apa saya perlu mengubah gaya rambut Anda? Seperti digelung ke atas?"

"Sudah kubilang, jangan! Aku suka gayaku seperti ini. Jangan diubah-ubah. Ini akan mempengaruhi gaun yang sudah kupilih, mood-ku sekarang, dan presentasiku nanti. Mengerti?"

Sekali lagi, wanita itu memberikan bungkukkan maaf kepada Kibum. Wajahnya terlihat sangat bersalah dan tanpa berbicara lagi ia menyelesaikan pekerjaannya—tentu saja dibantu oleh staf lain. Setelah itu Kibum dipersilahkan mengganti pakaiannya dengan sebuah gaun berwarna biru malam—yang seperti biasa sengaja dibuat longgar atas permintaannya sendiri. Panjangnya melebihi mata kaki, sehingga ketika berjalan Kibum harus dibantu beberapa timnya untuk mengangkat ujung-ujung gaun tersebut.


Ketika Kibum siap, kedua bodyguard-nya membawanya menuju ruang belajar. Di sana Hyori hanya memberikan pengarahan sebentar sebelum seluruh peserta dan pejabat penting istana maupun pemerintah menuju gedung Media Nam. Merekalah yang akan menyiarkan presentasi keenam peserta Seleksi secara langsung di seluruh Korea Selatan.

THE SELECTION - OnKey Vers.Where stories live. Discover now