Chapter 22 * PART 1

578 67 1
                                    

"Aku dengar, ketegangan perang semakin tidak terkendalikan."

Semua yang ada di sana menatap penuh keingintahuan, terutama Kibum.

"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Jonghyun. Diam-diam lelaki itu semakin panik karena sampai sekarang ia tidak bisa mendapatkan kabar apapun tentang kekasih dan keluarganya.

Taemin menggeleng pelan. "Pemberontakan terjadi di mana-mana. Tidak hanya di negara kita, tetapi juga negara musuh kita. Mereka memberontak akibat tanah dan bangunan mereka sudah hampir habis gara-gara bom yang tidak habisnya dijatuhkan oleh perang ini."

Kibum menghela nafas. Meskipun ia bersyukur bisa dibawa ke tempat yang aman, hatinya mengatakan hal yang lain. Ada suatu firasat buruk tentang Jinki.

Taemin rupanya mengerti dari ekspresi yang dipasang oleh Kibum. "Tenang saja, Hyung. Jinki-Hyung baik-baik saja. Ia berusaha keras untuk menghentikan semua ini tanpa belas kasihan dari lembaga perdamaian dunia."

Senyum kecil tergambar di wajah Kibum yang terlihat semakin pucat. Mendengar kabar begitu saja, setidaknya bisa membuat dirinya sedikit lega.


"Maaf, apa aku menganggu pertemuan ini?"

Keempat lelaki itu lantas terkejut mendengar suara asing yang tiba-tiba menyela pembicaraan mereka. Lebih terkejut lagi ketika mereka mengetahui siapa pemilik dari suara asing itu.

"Jangan khawatir. Aku datang ke sini tidak bersama pengawalku. Aku berjanji untuk tutup mulut dengan keberadaan kalian di sini."

"Puteri Kim Jungah, saya bisa menjelaskan ini—"

"Tidak apa. Tidak usah dijelaskan, aku sudah tahu semuanya."

Taemin yang mencoba menjelaskan juga langsung dipotong oleh perempuan itu. Matanya terus terarah pada Kibum yang berdiri di antara Jonghyun dan Minho. Ada rasa tidak suka sekaligus marah kepada lelaki yang telah menghancurkan harapannya pada Jinki.

Namun, ada juga rasa familiar ketika ia melihat Kibum yang sama-sama menatapnya.

Jungah segera mengacuhkan perasaannya itu. Mungkin karena saat pertama kali Jungah sudah merasa benci melihat keberadaan Kibum, ia semakin terngiang-ngiang dengan wajah Kibum sehingga ia mulai familiar dengan wajah itu.


"Boleh aku bicara dengannya?" Dagu Jungah mengarah kepada Kibum.

Semuanya nampak was-was apabila Jungah mengenali sosok asli Kibum. Tetapi, Kibum mencoba untuk tetap tenang.

"Baiklah," sahut Kibum. Kemudian, kedua orang itu pun keluar dari bekas kandang kuda itu.


Jungah membawa Kibum menuju ujung hutan kecil milik pulau Shinki. Tepat di samping pagar yang tingginya hanya sebatas pinggang orang dewasa. Pagar itu membatasi antar daratan dan jurang yang menjorok langsung pada laut lepas.

Kalau Jungah berniat yang tidak-tidak kepada Kibum, mungkin saja niat perempuan itu sebenarnya adalah melemparkan Kibum ke laut.

"Kim Jungah adalah namaku, tunangan Pangeran Lee Jinki. Kau?"

Kibum mengangkat alisnya sebelah. Sepertinya Jungah memang tidak mengenali sosok aslinya atau memang sedang berpura-pura? Kalau iya, Kibum pun akan mengikuti permainannya. "Kim Kibum. Senang bertemu denganmu."

Mata Jungah bergerak memperhatikan Kibum dari ujung rambut hingga ujung kaki. Meskipun perempuan itu memasang wajah biasanya, di dalam hatinya masih ada bekas luka yang ditorehkan Jinki setiap kali ia melihat sosok yang ada di depannya itu. Kim Jungah... masih tidak percaya seseorang seperti Lee Jinki mencintai seorang pria.

THE SELECTION - OnKey Vers.Where stories live. Discover now