Bagian delapanbelas

10.2K 390 7
                                    


Mata menceritakan lebih dari kata-kata yang bisa mengatakan.

❤❤❤

Juni menghela nafas menatap langit kamarnya. Pandangannya menerawang mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu saat seseorang yang sangat menyebalkan mampu membuatnya menjadi merasa terbang menembus awan.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, namun mata Juni belum hendak menutup dan pikirannya juga masih melayang-layang membayangkan sesuatu. Tanpa ia sadari, senyum kecil terukir di wajahnya saat ia mengingat hari ini yang sangat begitu bahagia baginya. Karna untuk pertama kalinya ada lelaki yang membuatnya tertawa dan tersenyum selain Januari.

Selama ini Juni memang tipikal perempuan yang dinilai galak oleh para kaum adam, dengan mulut cerewetnya, dan juga sifat pemarahnya jika disentuh sedikitpun oleh lelaki, apalagi jika ada lelaki yang berani menggodanya mungkin lelaki tersebut harus siap dapat semburan dari mulut Juni. Oh ya, satu lagi. Juni paling tidak suka kebisingan, maka dari itu kenapa alasan Juni selalu melerai setiap ulah Senio hingga membuatnya tidak nyaman dengan suasana kantin yang tiba-tiba ramai dengan sorak sorai semua siswa.

Tapi entah rasa apa yang membuat Juni merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sesuatu yang baru dalam dirinya, karna seseorang yang sudah membuat ini terjadi. Namun Juni kembali menghalau rasa itu, tidak mungkin jika itu terjadi. Dimana dirinya..

Menyukai Senio.

Juni menggeleng cepat, tidak kali ini ia benar benar sedang ngelindur. Itu tidak akan pernah terjadi. Ia ingin fokus belajar, fokus untuk menggapai cita-citanya, dan tidak mau mengalami hal-hal yang menurutnya sangat tidak berfaedah. Lagipula, Juni belum cukup umur untuk mengerti semuanya apa itu 'cinta'. Cinta hanya akan menjerumuskan korbannya kedalam sebuah luka yang teramat dalam.

Ia sadar akan masih kelabilannya menetukan sesuatu, apalagi jika harus berhadapan dengan hal-hal seperti itu. Mungkin bisa jadi ia akan bertindak aneh hingga terjerumus kedalam hal negatif. Ia tidak akan pernah mau.

"Ah udahlah gue pusing mikirin yang enggak-enggak. Mending gue tidur dan menikmati alam mimpi gue yang lebih indah dari realita." gumamnya dan membenarkan posisi tidurnya agar lebih nyaman.

Setelah beberapa saat nafasnya mulai teratur, dan ia terlelap.

****

BRAKK

Gebrakkan pintu terdengar cukup keras hingga membuat beberapa orang didalamnya tersentak kaget dan melihat karah lelaki yang tengan berdiri diambang pintu dengan nafasnya yang terlihat memburu.

Groy, Boy, dan dan anak geng Xerox yang tengah berkumpul di markasnya seketika diam mematung saat pemimpinnya menatap mereka satu persatu dengan tatapan menusuk.

"Apa yang kalian lakuin? " tanyanya dengan nada dingin dan menusuk.

Semua anggota yang terbilang cukup banyak berkumpul dalam satu markas tak ada yang berani bicara sepatah kata pun. Karna mereka tahu, jika ketuanya sedang keadaan seperti ini bisa-bisa mereka dikeluarkan dari geng yang sudah ternama diantar kalangan geng motor lainnya.

"Kenapa? " tanyanya lagi dengan nada yang sama namun kepalan tangannya semakin kuat hingga menimbulkan urat tangannya yang bermunculan.

Boy melirik Groy yang sedang menunduk dan tak berani menatap ketuanya tersebut, ia menyenggol bahu Groy dengan sikutnya hingga Groy melirik kearahnya.

My Senior (Senior Series 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang