Bagian tigapuluhtujuh

7.4K 273 6
                                    

Tanpa terasa keadaan kembali normal seperti sebelumnya. semua berjalan lancar sampai saat ini, bahkan senyum bahagia Juni selalu terukir setiap harinya. Terkecuali jika ia sedang badmood karena ulah Senio, atau mungkin jika Juni sedang kedatangan tamu tak diundang setiap bulannya?

Jika menurut Juni sendiri ini seperti akhir dari segalanya, melihat Senio yang kembali pulih dan sudah bisa berkegiatan seperti biasanya itu adalah kebahagiaan tersendiri bagi seorang Juni.

Pandangannya tak lepas dari sesorang di tengah sana yang tengah melampiaskan kerinduannya dengan olahraga terutama bola basket. Kini ia tengah berada di lapangan indoor sekolah untuk menemani Senio tentunya, karena hari ini adalah hari pertama Senio kembali sekolah.

Juni baru menyadari satu hal tentang bagaimana Senio dipandang baik di sekolah ini, buktinya terlihat semua siswa bahkan guru menerima baik kehadiran Senio kembali ke sekolah padahal semasa hidupnya di sekolah hanya berbuat onar dan tidak menuruti peraturan sekolah. Mungkin ada satu hal yang membuat semua orang menyayangi Seni, dan Juni menyadari itu.

Semua siswa yang menyaksikan penampilan dadakan dari seorang Senio bersorak riuh tatkala Senio dengan santainya memasukan bola kedalam ring dengan menggunakan gaya yang entah kenapa malah membuat semua siswi berteriak heboh tak terkecuali Saskia yang berniat menemani Juni, sedangkan Juni hanya tersenyum bangga melihatnya.

"Khem, kayaknya ada yang lagi bahagia nih. Gak cemburu sama yang disana pada merhatiin cowok lo?" ujar Saskia seraya menyenggol bahu Juni yang langsung mengalihkan atensinya menatap Saskia di sampingnya.

"Gakpapa, selagi mereka gak jadi perusak. Justru gue bahagia saat tau ternyata Senio banyak yang sayang." Saskia tersenyum mendengarnya, ternyata seorang Juni bisa bersikap dewasa.

Brukk

Seketika semua hening dan mencari asal suara benturan nyaring tersebut tak terkecuali Juni dan Saskia.

Namun detik berikutnya mata Juni langsung membulat saat tau sesuatu telah terjadi dengan Senio. Begitu juga dengan semua siswa yang menyaksikan kejadian tersebut.

"maksud lo apa?!" gertak Seni seraya bangkit karena dengan sengaja seseorang mendorongnya.

Seseorang yang di gertak oleh Seni justru tersenyum remeh menatapnya hingga hal tersebut membuat Senio semakin geram dengan oran tersebut. Menabraknya dengan sengaja kemudian tersenyum remeh dengan wajah tanpa berdosa.

"Gue kira lo gak bakal masuk lagi ke sekolah ini, gimana keadaan lo? Nambah parah?" ucap Egi yang tersenyum miring melihat Senio yang tengah menatapnya tajam.

"Gila lo!!" kepalan tangan Senio mulai melayang hendak menghajar Egi karena sudah tersulut emosi.

Ia tidak suka jika direndahkan sepeti ini, apalagi dengan orang yang sangat ia benci. Namun belum sampai kepalan tangan tersebut menyentuh wajah Egi, seseorang sudah lebih dulu menahannya.

"Seni9 stop!!" kepalan tangan tersebut melemah saat matanya menatap wajah seorang yang ia sayang tengah menatap tajam kearahnya.

Pandangan Senio bergantian mnenatap seseorang disampingnya yang tengah menatap marah dengan seseorang dihadapannya yang menatap remeh terhadapnya.

Rahangnya mengeras saat menatap tajam seseorang dihadapannya, ia ingin sekali menghajar orang tersebut, tapi ini tidak mungkin karena ia tidak ingin membuat orang yang ia sayang marah terhadapnya. Mungkin untuk sekarang Egi bisa selamat, tapi tidak lain waktu.

Juni langsung menarik paksa Senio keluar dari gedung olahraga tersebut dan membawanya ke suatu tempat. Sedangkan yang di tarik hanya bisa pasrah dan memikirkan hal apa yang harus ia lakukan untuk menjinakkan singa betina yang sedang marah tersebut.

My Senior (Senior Series 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang