Bagian tigapuluhsembilan

5.7K 254 6
                                    

Keadaan malam hari ini cukup menegangkan dari biasanya. Boy mengemudi dengan kecepatan penuh mengejar seseorang di depannya. Ia sudah kalut sekarang, yang sekarang ada di pikirannya adalah hal selanjutnya yang akan terjadi.

Ini sudah seperti dugaannya. Setelah ia menjelaskan semuanya dengan Senio, saat itu juga keadaan mulai berubah.

Senio sudah murka sekarang, sudah tidak ada lagi pandangan bahagia di matanya. Hanya hawa dingin yang mencekam berserta tatapan menusuk yang mungkin lawan pandangnya tidak akan berani menatapnya.

Semua sudah Boy jelaskan secara rinci seperti yang Senio minta. Kemudian setelahnya keadaan mulai memanas dan Senio langsung mengemudi dengan kecepatan penuh. Karena itulah mereka seperti terlihat sedang balapan di jalanan yang cukup sepi.

Waktu perang sudah tiba, dan sifat kepemimpinan dan kemurkaan Senio telah kembali. Walaupun hanya mereka berdua yang akan menyerang.

Hingga akhirnya Boy menghentikan laju motornya di saat Senio sudah lebih dulu berhenti. Ia harus bergerak cepat sekarang mengikuti Senio yang sudah sangat murka.

Sampai akhirnya mereka masuk ke tempat markas yang dulu menjadi tempat markas mereka, namun sekarang sudah di ambil alih.

BRAKK

Seperti dugaan Senio mendobrak pintu dengan kakinya. Seperti inilah jika Senio sudah murka, ia akan menghancurkan apapun yang menghalanginya.

Senio menatap murka semua orang yang ada di dalam begitu juga Boy. Ia sama murkanya seperti Senio karena merasa telah di khianati.

"BANGSAT LO SEMUA!" murka Senio dengan tatapan menusuk.

Namun semua anggota yang ada di ruangan justru menatap remeh. Kemudian satu persatu anggota maju untuk melawan Senio dan Boy.

Perkelahian terjadi dengan selisih lawan yang sangat jauh. Dua banding lima puluh orang. Apakah adil?

Namun semua itu di hiraukan oleh Senio dan Boy, mereka sudah murka dan tidak peduli berapa jumlah lawan yang sekarang mereka hadapi. Sejujurnya Boy masih sangat khawatir dengan Senio, ia baru keluar dari rumah sakit dan tulang rusuknya masih belum sembuh total. Namun akal sehatnya terkalahkan dengan emosi yang tersulut kala ia menatap tajam orang yang sudah berkhianat.

Groy ada di situ dengan senyum miring, tanpa bergerak hanya memperhatikan bagaimana pasukannya menghabisi dua orang yang sudah murka. Ia hanya memperhatikan selagi memungkinkan untuk kemenangannya.

Semua memanas di dalam markas, perkelahian yang tidak hentinya terjadi. Beberapa anak buah Groy ada yang sudah terkulai lemas karena serangan dari Senio dan Boy.

Jika kalian tanya semarah apa Senio, jawabannya adalah sangat namun di sisi lain ia ingin menangis sekarang. Ingin berteriak dan bahkan ingin menyerah sekarang juga. Semua yang ia sudah ketahui cukup menyayat hatinya.

Ia sudah mengetahui apa yang terjadi dan siapa penyebabnya, ini terlalu menyakitkan saat tau siapa orangnya. Ini menyangkut kebahagiaannya. Lagi.

Ia terus mengeluarkan semua tenaga yang ia punya tanpa perduli rasa sakit yang terus menghantamnya bertubi - tubi. Sakit di punggungnya kembali terasa di tambah dengan sudah banyak luka memar di wajahnya dan sebagian tubuhnya. Ia tidak perduli, ia kehilangan akal sehatnya dan melanggar janjinya.

Sudah berapa puluh kali ia terkena hantaman dengan lawannya dan sudah beberapa kali ia tersungkur, namun ia tidak menyerah begitu saja. Nyawa seseorang yang ia sayangi lebih berharga di banding semuanya, ia ingin menetapi janjinya dengan Sela bahwa ia akan membalas orang yang telah membunuhnya lagi dengan nyawa. Tidak peduli siapa orangnya yang penting ia harus tetap bertahan sampai pada akhirnya janji dengan Sela telah ia tepati.

My Senior (Senior Series 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang