Part 6

12.3K 497 47
                                    


Kami tiba di rumah pak kades. Rumahnya asri halamannya luas banyak ditanami bunga dan pohon berbagai buah. Begitu memperkenalkan diri, Pak Kades langsung paham ketika disebut nama Roma dan Rangga anak buk Siti. Jadi terkenal.

"Ya, saya juga sempat dengar selentingan itu, ternyata cukup mengganggu keluarga dan juga warga ya.." jawab pak kades setelah beberapa saat dijelaskan Rangga maksud dan tujuan mereka.

"Yaudah kalau gitu besok saya akan kesana bersama beberapa staf desa dan seorang ustad, kami coba periksa dulu rumahnya, nanti gimana baiknya akan kami hubungi lagi mas Rangga dan mbak Roma atau keluarga yang lain " papar pak kades.

"Setelah kejadian, apa sudah pernah ada yang kesana untuk membersihkan, mana tau ada benda berharga yang masih bisa disimpan..." tanya pak kades.

"Buk lek sama pak lek sudah pernah kesana beberapa kali, barang-barang yang masih bisa dipakai sudah diamankan di rumah paklek saya pak..." terang Rangga.

"Ohh ya udah kalau gitu, jadi saya insya Allah akan kesana besok ya.." tutup pak Kades.

Kami pamit pulang, rasanya agak sedikit lega semoga ini jadi jalan keluar dan semoga semuanya kembali normal. Seruku dalam hati.

Sebelum kami melangkah keluar, Lajang pak kades ijin untuk ikut nebeng ke jalan Karang Berbatu, memang kalau lewat sana tetep kami bisa pulang, hanya saja sedikit lebih jauh. "Mau ambil motor yang masuk bengkel" katanya.

"Kalian mau duluan?" Tanya Rangga.

"Ah bareng aja, tau kan tadi diwarung? Masih kebayang.." jawab Roma cepat.

"Warung apa? Ada apa?" tanya lajang pak Kades.

"Itu...tadi ada makhluk halus, gangguin kita lagi sholat, di warung ayam kepleset, jalan Karang Berlumut" jelas Rangga.

"Oooh kalau itu memang sering itu, hantu nenek nyapu... Haahaahaa" Lajang pak kades ngakak. Padahal belum tau dia kisah detil kami.

"Kalau cuma nyapu mah mending,.. Kawanku mukaknya dipukul pakek sapu transparan!!, sampe sekarang bibirnya masih agak miring...haaahaahaa!!"

Dari cerita lajang pak kades ganas juga tuh setan yang ternyata nenek-nenek. Syukuuur kami tadi gak sampe dipukul.

"Kenapa sampe dipukul?" tanya Rangga penasaran.

"Dia sesumbar sih,.. Waktu itu kami berempat uji nyali, aku dan dua kawanku udah ngibrit kabur,..eh dia nantangin tuh hantu,.. Teriak-teriak dia di Musholla memaki maki,.. Pulangnya mukaknya bengkak...haahaaahaahaa.... !" Nih anak ketawa terus, ga da simpatiknya sikitpun.

Kami bertiga diam saja menyaksikan lajang pak kades ngakak sendiri membayangkan kawannya, tertawa sampai memukul mukul tanah. Gimana lagi kalau dia tadi nengok kami terkungkal jungkal karena hantu nenek. Korslet kali otaknya ngetawain kami.

"Eh, eh... " serunya menghentikan langkah kami setelah puas ngakak.

"Nanti kita, kalo udah masuk jalan Karang Berbatu, pas rel kereta, pas jalan persawahan, jalannya ngebut aja jangan pelan pelan..." sambung si lajang tanggung, air mukanya serius ga da tanda tanda bercanda.

"Kenapa rupanya?" tanyaku.

"Itu.. di batu bekas dudukan palang kereta itu,. Kalau jam jam 10 an malam, Biasanya ada laki-laki nangkring sambil megang puntung rokok yang gak dihisap hisap.." Lanjut si lajang, wajahnya makin serius.

"Kenapa dia duduk disitu dan kenapa rokoknya gak dihisap - hisap?" Roma bersuara. Pertanyaannya cerdas. Singkat padat.

"Ya kan dia mati kelindes kereta lewat, kepalanya hilang...gimana mau ngisap rokok,..."

#1 : Misteri Maghrib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang