Part 10

11.2K 446 35
                                    


"Jal..." panggilku pada Jalu yang keliatannya sudah berfantasi merencanakan rencananya terkait Gijem.

"Ngapain sih pakek acara main ke kuburan bawa Gijem? Kan bisa kamu pancing lagi dia buat cerita lagi.." lanjutku, yang disambut Rangga dan Roma dengan anggukan kencang, tapi disambut Jalu dengan menggeleng.

"Payah mbak, Gijem sekarang tertutup, dilarang Bapaknya cerita apapun!, kesiapa pun!, diajak keluar aja dia susah!", papar Jalu.

"Trus gimana caranya Jal?" tanya Roma penasaran.

"Mbak aja yang mancing dia.." jawab Jalu.

"Aku?" tanya Roma sambil melotot.

"Iya, paling tepatnya ya mbak yang jadi tokoh utama rencana kita ini, kami bertiga figuran aja, heehehehee" lanjut Jalu.

Aku, Roma, dan Rangga saling pandang-pandangan, gak ngerti jalan pikiran Jalu.

"Mbak kan di keluarga, dianggap yang paling lemah, udah kehilangan hak, gak diperhitungkan, mereka gak akan curiga kalo mbak ngajak Gijem buat ngaku" lanjut Jalu.

"Oh oke kalo gitu" Jawab Roma mantap.

"Ntar sore mbak minta anterin Gijem ke Toko Buku Bekas pak Masdi, di Jalan Karang Berduri. Trus mbak traktir dia makan di warung Nasi Ayam Kejepit, 500 meter lurus aja dari kuburan Kampung Bernyanyi di Jalan Karang Berbisa, sekalian mbak sholat maghrib disitu. Habis Isya aja mbak pura-puranya ajak dia pulang, udah sepi disitu, kalian berhenti didepan kuburan ya..."

Roma dan Rangga termangu-mangu mendengar penjelasan Jalu, Gak yakin aku rencana ini bakal sukses, mengingat reaksi kami di warung ayam kepleset dan rel kereta jalan Karang Berbatu.

"Eh,.. itu areal kuburan kenapa namanya Kampung Bernyanyi ya?, serem amat!" selahku.

"Mungkin disitu banyak hantu karokean, bernyanyi-nyanyi....heheheheee" Jawab Rangga terkekeh-kekeh, gak lucu.

"Sekarang kamu bisa ketawa Rang...ntar ngibrit duluan haahaahaaa..." wajah Rangga berubah merah mendengar guyonanku, malu dia.

"Biarin ngibrit daripada kencing di celana...haahahahaa" jawab Rangga ngakak.

Seerrrr, darahku naik keatas muka. Iihh.. masak sih Rangga, cowok yang termasuk keren ganteng cool mempesona gagah dan berkharisma dikampung kami ini, bisa tau dan inget soal yang itu....gimana kalau para bujangan diluar sana dengar?. Bisa-bisa mati Plat aku, ga da yang mau melamar..hiks

"Hahahaha hahahah hahaha..." lama juga mereka menertawaiku, menceritakan kisah diwarung mbak Menur, aku hanya diam.

Dalam hati berharap Jalu gak ikut2an cerita kejadian kencing dirumah semalam.

Eh, dia gak cerita. Alhamdulillah.

Sampai pukul 9 malam kami sudahi pertemuan kami. Rencana sudah matang. Tinggal eksekusi besok sore, nunggu aku pulang kerja. Kamipun pulang dari warung kopi Jalan Karang Berlumut.

Kuburan Kampung Bernyanyi terkenal seram, banyak cerita kejadian aneh yang kudengar dari sejak aku kecil dulu. Sebenarnya aku enggan mengikuti rencana mereka. Rasa lelah atas kejadian-kejadian aneh sejak buk Siti meninggal sudah teramat sangat. Aku sudah  jenuh dengan gangguan makhluk halus.

"Mbak,.. "Jalu memukul pundakku dari boncengan.

"Heh?" jawabku, motor kulaju pelan. Ntah kenapa aku merasa aman ada Jalu di belakang padahal jalanannya sudah sepi.

"Mbak gak usah takut, besok kan kita cuma bagian jaga-jaga aja di belakang mbak Roma. Kalau-kalau ada apa-apa." Terang Jalu.

"Ada apa-apa maksudnya?" tanyaku.

#1 : Misteri Maghrib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang