Part 8

11.3K 433 51
                                    

Suara riuh.
Ibu, bapak keluar dari kamar, dan Jalu lari tergesa menuruni tangga, mereka terbangun begitu mendengar suara kaleng berisi guli-guli jatuh berhamburan, tepatnya dijatuhkan buk Siti.

" Liiii...Uliiii....!!"
"Dokh..dokh..dokh!!"
Bapak memanggil-manggilku sembari menggedor pintu kamarku.

Pandangan mataku yang gelap, berangsur-angsur kemerahan, kuning, putih, lalu terlihat lagi olehku langit-langit kamar..

"Uugghhh...ughhhh" tubuhku mulai bisa kugerakkan, kuraih pintu kuputar kuncinya, didepanku berdiri ibu, bapak dan Jalu. Kakiku lemas lagi, dipapah Bapak aku ke ruang tengah.

Tak perlu menjelaskan panjang lebar, mereka sudah paham apa yang terjadi. Badanku mulai segar lagi setelah menyeruput teh manis hangat buatan ibu.

Masih duduk di kursi ruang keluarga. Kuperhatikan Jalu adikku mengutipi guli yang berhamburan.

"Kutip yang bener!, Jangan ada yang ketinggalan, gara-gara ulahmu bawa-bawa itu, mbakmu dihantui buk Siti.." omel ibu.

"Iya,..kutip sampai bersih, besok pagi kamu anter balik ke keluarga buk Siti, kalau ada satu aja yang tertinggal, bisa-bisa nanti malam bukan kaleng yang dibalik buk Siti, tapi rumah ini." sambung bapak.

Yang disambut ngakak oleh Jalu. "Wiiihhhh, hebat betul buk Siti bisa balekkan rumah, terbalek-balek juga lah kita sekeluarga, hahahahaaa meriaahh meriaahh!".

"Husshhh kamu itu, memang gak ada takutnya!" seru ibu.

"Ngapain kita takut? Kitakan punya Allah.." jawaban Jalu santai tapi mendengarnya hatiku bagai ditusuk sembilu. Tersindir.

Jlebb..

"Bacakan surah An-Nas aja palingpun buk Siti ngibrit" lanjutnya.

Jlebb lagi.

"Mangkanya kalau pagi dan sore baca zikirnya. Tiap habis sholat, tilawah. Kalau rajin puasa, puasa. Puasa itu membersihkan darah kita. Kan setan bisa masuk sampe kedarah darah..sama hantu gentayangan aja takut,. Tanya aja maunya apa.."

Jleeebbbb,. Dalam banget ilmu anak SMP ini. Kuperhatikan Bapak dan Ibu ikut-ikutan tunduk mendengar ceramah Jalu. Takzim betul.

"Besok-besok kalo buk Siti datang panggil Jalu aja" sambung Bapak, nantangin.

"Ya nggak apa-apa, biar aku minta warisan, buat beli motor,.hehehe"

"Warisan?" tanya ibu.

"Iya, kan sekarang keluarga buk Siti rame bahas warisan, warisannya buk siti itu baaaaaaanyyyyaaaakkkkk.." kata jalu membentangkan tangannya.

Adikku satu ini bisa dibilang beritanya valid, dia suka cari tahu secara langsung dan dia gak suka bohong, dia paham betul dosa bohong. Katanya dia kalau ngomong berdasarkan data dan sumber yang jelas dan terpercaya. Udah kayak tim insert investigasi.

"Iya, ibu memang pernah dengar keluarga pak Bambang, suami buk Siti juga bukan orang sembarangan, sawit orang tuanya luas, dan pak Bambang anak tunggal. Bapak itu dan buk Siti juga kan punya ladang sendiri juga, dia aja sebelum meninggal sudah jadi Kepala Adm PTP. Pastilah harta simpanan mereka banyak. Kalau keluarga buk Siti baru.., banyak yang kurang mampu..." Terang ibu panjang lebar.

"Yah biarin aja kalau soal warisan orang bukan urusan kita, sekarang yang penting kembalikan kaleng beserta guli-gulinya itu, biar buk Siti gak cari-cari kesini. Mungkin itu barang berharga dia.." Sela Bapak.

"iya..iyaa...udah bapak ibu tenang aja..pagi ini sambil berangkat sekolah Jalu mampir kesana balikkin semua.." Sahut Jalu sambil tangannya mengangkat ngangkat kaleng roti  yang sudah gosong, membalik-balikkannya, dan meraba-raba dalamnya.

#1 : Misteri Maghrib Where stories live. Discover now