Part 15

11.9K 444 59
                                    

Basement sepi.
Memang aku lumayan lama tadi duduk di musholla, kulirik jam di tanganku jam 5 sore. Cepat kunaiki motorku.

Melirik ke kaca spion. Kubalikkan ke arah depan.

Uh..kalaupun kunti saiko itu ikut di boncengan setidaknya aku gak lihat mukanya yang bengis itu, batinku.

Seenaknya saja mau main bunuh-bunuh. Belum tau kamu aku ini anak siapa? Aku ini anak Siti Maemunah.

Nama aslinya mak lampir! Sama dengan nama ibu ku. Batinku berapi-api, membunuh rasa takut.

Beberapa orang terlihat berjalan-jalan di basement. Hatiku agak lega. Cepat kupacu motorku keluar.

Jalanan masih ramai, jadi aku tak terlalu takut. Namun lidahku tak mau putus berzikir.

Setelah setengah jam di jalan dengan kecepatan tinggi, aku masuk ke jalanan rumahku. Kulihat dari jauh warung mas Ridho. Tutup?

Padahal tadi pagi dia buka. Dan ini kan juga belum masuk waktu sholat. Kemana dia ya?

Duuhh ngapain aku nyari-nyari dia ya? Batinku, malu.

Hatiku lega begitu melihat pagar rumahku. Alhamdulillah. Selamat selama perjalanan pulang.

Kakiku melangkah masuk, sembari mengucap salam. Ternyata ada tamu. Kulihat bapak berbincang dengan seorang pria. Kucoba memutar masuk lewat pintu samping.

Di ruang tengah ibu langsung menghampiriku.
"Itu Ridho..." Deg, dadaku berdegub. Tapi degub yang ini tidak sama dengan saat ada penampakan.

"Ngapain bu?" tanyaku, pura-pura cuek.

"Dia tadi memasang ulang cermin dan garam. Ternyata ada doanya. Dia ternyata mantan santri. Lulusan pesantren dari Jawa"   Ibu menarik tanganku.

"Ada apa Buk?" tanyaku.

"Lekas ganti baju gih, temui dia di depan sama Bapak." seru ibu, jantungku makin dagdigdug serr.

"Bapak sama Ibu mau ngapain sih?" tatapanku curiga.

"Ibu sama Bapak gak ada nyuruh dia datang" Sepertinya ibu mengerti apa yang kukira.

"Dia tadi datang sendiri, nanyakan kabarmu." Senyum ibu merekah, duuh kenapa Ibu yang keGe-eran?, batinku.

Mukaku terasa panas.

"Buruan sana gih, nanti kamu yang anter cemilan ini ke depan ya" seru ibu sambil mempersiapkan potongan buah mangga, semangka dan sepiring potongan roti lapis legit.

"Tadi sirupnya udah ibu anter ke depan," lanjut Ibu.

Meriah bener, batinku.

Aku bergegas masuk kamar. Ganti baju dan sedikit semprot parfum. Belum mandi, takut kelamaan.

Kubawa nampan berisi camilan ke depan.
Serrr... Wiih dia tersenyum manis, beda dengan malam waktu dengan Roma.

Aku salah tingkah. Kubalas senyumannya  semanis mungkin. Kata Bapak kalau tersenyum muncul dua lesung pipiku.

"Ehem!" suara deheman Bapak bener-bener konyol, gak biasa. Kutundukkan pandanganku ke bawah. Mukaku pasti merah.

"Tadi Ridho sudah memasang ulang cermin dan nabur garamnya, ternyata bapak salah main asal pasang dan tabur. Yah syukur-syukur kali ini manjur ya."

Dijawab anggukan oleh mas Ridho.

Tak lama Bapak permisi masuk.

"Oh iya mas ada apa nyari saya?" suaraku memecah keheningan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

#1 : Misteri Maghrib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang