Part 7

11.5K 450 27
                                    


Aku demam, 2 hari ijin gak masuk kerja. Beberapa hari ini benar-benar melelahkan. Badanku sakit semua. Kata ibu mungkin aku 'keteguran' makhlus halus. Tapi rasaku lebih karena lari-lari jauh, jatuh dari motor, dan ketemu makhluk astral, hantu atau jin, setan, dedemit, bunian apalah namanya yang pasti, akupun tak begitu mengerti.

Kerjapun badanku masih lemas, gak bergairah. Kudengar dari ibu, Pak kades beserta rombongannya sudah mantau rumah buk Siti, kata ustad atau orang alim yang dibawa pak kades dirumah itu banyak sekali jin nya.

Mulai dari perempuan, laki-laki, orang tua sampe anak kecil. Mulai dari yang tinggi besar kayak raksasa, sampai yang keciill kayak jenglot. Kalau yang gak kuat iman kerumah itu akan dapat gangguan. Mungkin termasuk tetangga depan rumah buk Siti yang kesurupan pas kebakaran, aku, mbak Menur dan beberapa tetangga buk Siti lainnya.

Kata ibu lagi, pak ustad itu sampai kasihan membayangkan buk Siti hidup sendirian menghadapi gangguan sebanyak itu.

Pantes saja ibu itu jadi seperti itu.

Pak kades dan rombongannya menyarankan setelah rumah direnov, agar di ruqyah, di bersihkan dengan mengundang ibu-ibu dan bapak-bapak perwiritan dan sedekah untuk anak-anak yatim. Agar makhluk halusnya pergi.

Sudah hampir seminggu aku tak bertemu Rangga maupun Roma. Kata ibu, mereka ada beberapa kali kerumah nanya kabar, dan mau jumpa. Roma bahkan membawa suaminya Saso kerumah. Tapi aku belum pulang kerja.

Ya aku memang lembur, kerjaanku selama libur numpuk. Tapi syukurlah selama di kantor sepertinya tak terlalu mengalami gangguan. Mungkin karena banyak orang di kantor.

Cerita keluarga buk Siti lebih banyak kudengar dari ibu dan adik laki-lakiku Jalu. Sejak awal terjadi kebakaran, Jalu sebenernya paling heboh cari berita.

Dia juga termasuk orang yang suka mengunjungi rumah buk Siti dengan kawan kawannya, Uji nyali. Jalu adik bungsuku ini masih kelas 7. Kami 3 bersaudara yang tengah laki-laki juga, sedang ngekos kuliah di luar daerah.

Aku sendiri setelah peristiwa pembakaran yang kusaksikan secara langsung, satu kalipun belum pernah mampir atau lewat rumah buk Siti lagi. Gak berani.

Lain dengan Jalu adikku, sepulang sekolah dia langsung pergi ke Gang Bersama, cari berita. Jadi kalau mau tau berita lebih detail sebaiknya tanya adikku. Jalu.

"Li...Uliiii..." aku tersentak suara ibuku memanggil, padahal baru saja ngantuk berat mau tidur sehabis isya.

"Ada apa bu..?" kulongokkan kepalaku keluar pintu kamar. Ibu sedang didapur, kamarku sebelah dapur.

"Coba lihat ini?" keluar aku melihat barang yang dibawa ibu. Kaleng Roti Khong Guan merah yang agak kehitaman warnanya berisi guli (nama kelereng didaerah kami) penuh.

"Punya siapa itu bu? Banyak amat guli nya.." tanyaku, seperti jamanku kecil dulu aja ngumpulin guli banyak banyak.

"Si Jalu.." jawab ibu.

"Ya terus kenapa bu? Biarin aja daripada dia main salon2an" tanyaku heran.

"Masalahnya, sekaleng guli ini dia dapat dari rumah buk Siti.." jawaban ibu bikin kepalaku berdenyut lagi.

"Balikin ajalah bilang sama dia, udah tau buk Siti penasaran, dibawa bawanya barang buk Siti kemari... Cari masalah aja..!!" omelku.

"Nanti kalo buk Siti datang kemari nyari-nyari gimana?" lanjutku.

"Iya ini Jalunya ntah kemana, tadi sore ibu tanya katanya udah ijin sama paklek Rakyok.. adik buk Siti...tapi perasaan ibuk gak enak ini...kamu aja yang balikin gih.."

"Wiihhh dibayar sejuta juga aku gak mau..."

Ibu melongo mendengar jawabanku, mungkin pikirnya masak iya dibayar sejuta aku gak mau cuma balikin guli sekaleng. Yah, ibu gak tau sih, motor 9 juta aja kutinggal disawah sawah, demi kabur ngacir lihat hantu.

#1 : Misteri Maghrib Where stories live. Discover now