Part 9

11.3K 456 34
                                    

"Air apa ini?!" Suara ibu membangunkanku.

Duh, padahal tadi niatnya bangun lebih dulu dari ibu. Pakek acara kesiangan lagi. Habislah aku kena kuliah omelan 6 sks.

"Jal..! Ini air apa? Kok kayak air kencing??" Tanya ibu sama Jalu. Duuuh pakek acara tanya Jalu lagi, hilang sudah harga diriku.

"Gak tau buk, apa mungkin buk Siti kencing disitu?" suara Jalu menghentikan langkahku sejenak menuju pintu. Ah kalau kuiyakan nuduh itu kencing buk Siti, bisa-bisa nanti malam buk Siti datang bawa Bazoka.

"Ngawur kamu, mana mungkin buk Siti se nggak punya otak itu!!" Selaan ibu, bikin nyaliku makin ciut mau keluar dan mengakuinya.

"Liiiiiii...!!!" Deg suara ibu.

"Iiiiyaaaaaa...." ceklek kubuka pintu kamarku.

Didepanku ibu melihat dengan sorotan gak percaya tapi curiga. Disampingnya Jalu menahan ketawa.

"Mbak..yang pipis disitu?" Tembak Jalu.

Mataku melihat ke ibu memohon ampun.

"Paaaakk....Paaakkkk!!" ibu menjerit memanggil-manggil bapak.

Bapak keluar dari kamarnya selesai Sholat Subuh.

"Udah deh pak, segera saja undang anak pak Idris yang Ustad muda itu, bulan depan kita nikahkan saja Uli sama dia, mau gak mau paksa aja! Udah besar gak tau umur, kamu itu harusnya udah nikah, punya anak, masak kamu bisa-bisanya...aduh.." Ibu mulai membuka kuliahnya alias merepet. Jalu gak bisa nahan ketawanya.

"Huaaahahahaaa huaahahaa!" tertawa Jalu sambil menunjuk-nunjuk mukaku, rasanya ingin kujahit mulutnya.

"Ada apa ini?" Tanya bapak.

"Tengoklah...masak dia kencing disini, Ya Allah... " terduduk ibu dikursi ruang tengah.

"Itu kencingmu Li?? Kok banyak amat kayak kencing lembu.." lanjut bapak disambut ketawa Jalu makin membahana.

Aku hanya diam menunduk. Berharap ibu kasihan trus berhenti merepet.

"Kamu itu, rasa takut kamu keterlaluan, udah berlebihan, harusnya kamu ikuti itu nasihat Jalu, perbanyak mengaji, biar gak diganggu sama jin, cuma jin yang bisa lihat sesama jin, dibadan kamu itu pasti ada jin usilnya. Mangkanya kamu bisa lihat macem-macem. Kamu itu.."

"Sudah-sudah..." Omelan ibu dipotong Bapak.

"Jangan menyalahkannya terus, dia udah dewasa dia udah paham, mungkin dia memang sedang tertekan, kitakan lihat Uli baik-baik saja dari luar, kita gak tau pasti yang sudah dia alami, kemarin aja dia sampe pingsan apa ibu lupa..seumur2 kan baru kemarin itu dia pingsan, sudah.. jangan dimarihin.." Bapak,  engkaulah pahlawan sejatiku, batinku dalam hati. Lega gak jadi dapet kuliah ibu.

"Kamu pel itu 3x bolak balik, semprot pakek pewangi !" Tandas ibu berdiri jalan kedapur.

"Hiiihiihii hii hiihii Hiii hiihi hii..." tawa Jalu gak berhenti.

"Heehehe heeheeee hehee..." Bapakpun ikutan tertawa terkekeh-kekeh. Kulihat ibu senyam senyum menahan tawa didapur, masuk kamar mandi.

"Huwaaahahahahahaaa...serrrrrrrr" Terbahak-bahak dibalik suara air pancuran.

--------------------
"Jal..!!" Panggilku pada Jalu Minggu pagi.

"Apa mbak,.?" sahutnya mendatangi kamarku.

"Kamu tau yang mbak pipis disitu kan?" kataku menunjuk depan pintu kamar.

"khi khi khi...ya ingetlah...wakakak" tawanya.

#1 : Misteri Maghrib Where stories live. Discover now